WeLcome to BloG Orang CaKeP...!!

1.Lihat DisekiTar lOE.....
2.Pikir..........!!!
3.LiaT LayaR MoniToR
4.Baca Dengan Seksama
5.Kalo PerLu kasih Komentarrr !!
6.Tersenyumm.....
dan Gw Ucapin "Thank You"

Sabtu, 07 Agustus 2010

KONSEP DASAR PUERPERIUM

1.1. Definisi nifas / puerpenium
1. Puerpenium / nifas adalah masa sesudah persalinan yang lamanya 6 minggu. Anonim, 1984
2. Kala Puerpenium berlangsung selama 6 minggu / 40 hari merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat – alat kandungan pada keadaan normal Manuaba, 1998
3. Masa nifas (Puerpenium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama kira – kira 6 minggu. Maternal dan Neonatal, 2002
4. Masa nifas adalahmasa partus selesai dan berakhir setelah kira – kira 6 minggu. Kapita Selecta Kedokteran, 2001
5. Nifas adalah masa pulihnya kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali pra – hamil, lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu. Mochtar Rustam, 1998
1.2. Periode Nifas
1. Puerpenium Dini
Yaitu pulihnya alat kandungan dimasa ibu sudah diperbolehkan jalan-jalan dan melaksanakan aktifitasnya berlangsung + 40 hari.
2. Puerpenium Intermedial
Yaitu pulihnya alat-alat kandungan secara menyeluruh yang lamanya + 6-8 minggu
3. Remote Puerpenium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila ibu selama hamil/waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu – minggu, bulanan / tahunan.
1.3. Tujuan Asuhan Kebidanan Masa Nifas
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis
2. Melaksanakan skrinning yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana
1.4. Pada Masa Ini Terjadi Perubahan Fisiologis, Yaitu :
1. Perubahan fisik
A. . Alat genitalia
Alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil atau sering disebut involusi, selain itu juga perubahan-perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi karena lactogenik hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar mammae.


a. . Serviks
Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik uteri tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin.

b. . Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang selama kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur-angsur ciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan karena ligamenta, fasia, jaringan alat penunjang genetalia menjadi menjadi agak kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genitalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu.Pada 2 hari post partum sudah dapat diberikan fisioterapi. Keuntungan lain ialah dicegahnya pula stasis darah yang dapat mengakibatkan trombosis masa nifas.


2. Involusi uterus dan pengeluaran lochea
a. Fundus uteri
Setelah janin lahir fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah plasenta lahir, TFU kurang lebih 2 jari di bawah pusat. Pada hari ke-5 post partum uterus kurang lebih setinggi 7 cm di atas symfisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas symfisis.
Dinding uterus sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis dari bagian lain. Bagian bekas implantasi plasenta merupakan Penanganan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan.
Otot-otot uterus berkontraksi setelah post partum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.
Proses involusi uteri:
Involusi Tinggi fundus Berat uterus
Plasenta lahir Sepusat 1.000 gr
7 hari (1 minggu) Pertengehan pusat dan simfisis 500gr
14 hari (2 minggu) Tak teraba 350gr
42 hari (minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50gr
56 hari (minggu) normal 50gr
b. . Lochea
Adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas
Lochea tidak lain adalah sekret luka yang berasal dari luka dalam rahim luka bekas plasenta
Tahap – tahap pengeluaran lochea :
1. Lochea Rubra
Berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel – sel desidua verniks caseosa, lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan
2. Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan
3. Lochea Serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan
4. Lochea Alba
Cairan putih, setelah 2 minggu
5. Lochea Purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
6. Lochrostatis
Lochea tidak lancar keluarnya
3. Laktasi pengeluaran air susu ibu
Laktasi diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu untuk menghadapi masa laktasi, kelenjar mammae telah disiapkan semenjak kehamilan, pada hari pertama keluar kolostrum cairan berwarna kuning kental mengandung banyak protein albumin. Kolostrum menambah kekebalan anak terhadap penyakit karena terdapat zat antibodi
Setelah persalinan pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang maka timbul pengaruh LH / prolaktin yang akan merangsang ASI. Disamping itu oksitosin menyebabkan mioepitel kelenjar susu berkontraksi sehingga ASI keluar.
Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari post partum
Hal – hal yang mempengaruhi produksi ASI :
1. Faktor anatomis buah dada
2. Faktor biologis
3. Faktor makanan dan minuman
4. Faktor isapan anak

4. Perubahan psikis

Pada ibu nifas juga ter jadi perubahan psikologi, seperti:
a. Taking in : focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri, pengalaman waktu melahirkan diceritakannya, kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur,.
b. Taking hold : ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggungjawab merawat bayi, perasaan sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jadi komunikasi kurang hati-hati, ibu butuh dukungan untuk merawat diri dan bayinya.
c. Letting go : ibu sudah mulai menerima tanggung jawab akan peran barunya, ibu sudah menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya, keinginan untuk merawat bayinya sudah meningkat pada fase ini
5. Perubahan sistem tubuh lainnya






1.5. ASUHAN DALAM MASA NIFAS

Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu, yaitu:
1. Kebersihan Diri
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sanun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ubu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
c. sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
d. sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.

2. Istirahat
a. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal :
1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

3. Latihan
a. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan merasakan lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya
b. menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
c. Jelaskan bahwa latuhan-latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat membantu mempercepat mengembalikan otot-otot perut dsan panggul kembali normal, seperti:
1). Tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai lima. Rileks dan ulangi 10 kali.
2). Ubtuk memperkuat otot vagina, berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan dan panggul tahan sampai 5 kali hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebsnyak 5 kali.
3). Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan latihan sebanyak 30 kali.
4. Gizi
Ibu menyusui harus:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b. makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup
c. minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)
d. Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin
e. minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bias memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.

5. Perawatan Payudara
a. menjaga payudara tetap bersih dan kering
b. Mengenakan BH yang menyokong payudara
c. Apabila putting susus lecet oleskan colostrums atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali seleswai menyusui. Menyusu tetap dilakukan dari putting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok.
e. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:
1). Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hanagat selama 5 menit.
2). Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting.
3). Keluarkan ASI sebagian dari nagian depan payudara sehingga putting susu menjadi lunak.
4). Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI keluakan dengan tangan.
5). Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6). Payudara dikeringkan.

6. Hubungan Perkawinan atau Rumah Tangga
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
Banyak budaya mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.

7. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat mem,Bantu merencanakan keluarganyadengan mengajarkan kepada mereka cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
Biasanya wanita tidak menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama menyusui. Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertamakembali untukmencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini adalah 2 % kehamilan.
Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu telah haid lagi.

8. Kunjungan nifas
1. Kunjungan 1 ( 6jam – 3 hari setelah persalinan )
Tujuan :
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
mendeteksidan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk perdarahan bila berlanjut
memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
pemberian ASI ekslusif
melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
menjaga bayi tetap sehat dan tidak hipotermi
dan perlu di kaji pada 24 jam pertama biasanya denyut nadinya turun dan suhu tubuh agak meningkat. Dari vagina keluar cairan berdarah selama 3-4 hari, lalu warnanya menjadi kecoklatan sampai hari ke 10-12 dan akhirnya menjadi putih kekuningan.
Pada awal pembentukan air susu, payudara akan terisi penuh oleh air susu sehingga menjadi keras dan sakit.
Ibu yang tidak menyusui biasanya akan kembali mengalami ovulasi (pelepasan sel telur) 4 minggu setelah persalinan.
Ibu yang menyusui cederung mengalami ovulasi lebih lambat, biasanya 10-12 minggu setelah persalinan.
2. kunjungan 2 ( 8 – 14 hari setelah persalinan )
tujuan:
a. mamastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
b. menilai adanya tanda tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
c. memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
d. memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda – tanda penyulit
e. memberikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari hari

3. kunjungan 3 ( 28 – 42 hari setelah persalinan )
tujuan :
a. menanyakan pada ibu tentang penyulit penyulit yang ia hadapi
b. memberikan konseling untuk KB secara dini

1.6.Macam Komplikasi Masa Nifas

.1 INFEKSI POST-PARTUM

Infeksi Post-partum adalah infeksi yang terjadi pada ibu yang baru melahirkan.

Jika suhu tubuh pada 2 kali pemeriksaan yang dilakukan 24 jam setelah persalinan dengan selang waktu 6 jam mencapai 38? Celsius dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronkitis), maka dikatakan bahwa telah terjadi infeksi post-partum.

Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah infeksi rahim, daerah sekitar rahim atau vagina. Infeksi ginjal juga bisa terjadi segera setelah persalinan.
Penyebab lain dari demam yang cenderung terjadi 4 hari atau lebih setelah persalinan adalah bekuan darah di dalam tungkai atau infeksi payudara.

Infeksi rahim

Infeksi post-partum biasanya berawal di rahim.
Infeksi pada kantung cairan ketuban dan demam selama proses persalinan bisa menyebabkan endometriosis (infeksi lapisan rahim), miometritis (infeksi otot rahim) atau parametritis (infeksi daerah di sekitar rahim).

Pada berbagai keadaan berikut, wanita semakin rentan terhadap terjadinya infeksi (sehingga bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam vagina, setelah persalinan bisa menyebabkan infeksi):
• Anemia
• Pre-eklamsi
• Pemeriksaan vagina berulang kali
• Penundaan persalinan selama lebih dari 6 jam setelah ketuban pecah
• Persalinan yang lama
• Operasi sesar
• Tertinggalnya bagian plasenta di dalam rahim setelah persalinan
• Perdarahan hebat setelah persalinan.

Gejalanya berupa:
- menggigil
- sakit kepala
- merasa tidak enak badan
- wajah pucat
- denyut jantung yang cepat
- peningkatan jumlah sel darah putih
- rahimnya lunak, membengkak dan nyeri bila ditekan
- cairan yang keluar dari rahim berbau busuk.
Jika infeksi menyerang jaringan di sekeliling rahim, maka nyeri dan demamnya lebih hebat.

Komplikasi:
• Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)
• Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan resiko terjadinya emboli pulmoner
• Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di dalam darah. Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan bahkan kematian.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan paru-paru dan rahim dan hasil biakan contoh air kemih dan cairan dari rahim.

Infeksi diatasi dengan pemberikan antibiotik melalui infus sampai penderita bebas demam selama 48 jam.

Infeksi ginjal

Infeksi ginjal (pielonefritis) yang disebabkan oleh bakteri yang berasal dari kandung kemih bisa terjadi setelah persalinan.
Kadang infeksi terjadi akibat pemakaian kateter.

Infeksi bisa mulai timbul selama kehamilan dimana bakteri bisa ditemukan di dalam air kemih, tetapi tanpa menimbulkan gejala.
Jika terjadi gejala, maka akan timbul demam tinggi, nyeri di punggung bagian bawah atau samping, merasa tidak enak badan, sembelit dan kadang nyeri ketika berkemih.

Antibiotik intravena (melalui pembuluh darah/infus) diberikan sampai penderita bebas demam selama 48 jam. Pengobatan dilanjutkan dengan tablet antibiotik selama 2 minggu setelah pulang dari rumah sakit.
Dianjurkan untuk minum banyak air putih agar ginjal berfungsi dengan baik.
6-8 minggu setelah persalinan dilakukan pemeriksaan air kemih untuk memastikan bahwa tidak ada bakteri yang tersisa.

Infeksi post-partum lainnya

Demam yang terjadi 4-10 hari setelah persalinan bisa menunjukkan suatu tromboflebitis safena (bekuan darah di dalam tungkai), yang dioati dengan kompres hangat dan tungkai diangkat. Mungkin perlu diberikan antikoagulan.

Setelah persalinan, tuberkulosis dorman bisa menjadi aktif dan diobati dengan antibiotik.

Demam yang mulai timbul lebih dari 10 hari setelah persalinan biasanya disebabkan oleh mastitis (infeksi payudara) atau sistitis (infeksi kandung kemih).
Kedua infeksi ini diobati dengan antibiotik.
Jika terjadi mastitis, sebaiknya ibu tetap menyusui bayinya untuk mengurangi resiko terjadinya abses payudara. Abses payudara jarang terjadi, biasanya diobati dengan antibiotik dan nanahnya dikeluarkan..

2. PERDARAHAN POST PARTUM
.2.1. Pengertian Perdarahan Post Partum
1. Perdarahan psot partum adalah perdarahan dalam kala IV yang lebih dari 500 – 600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Rustam Mochtar, 1998
2. Perdarahan post partum adalah perdarahan 500 cc / lebih setelah kala III selesai / setelah plasenta lahir. Bedah kebidanan, 2000
3. Perdarahan pervaginam yang jumlahnya melebihi 600 cc dan terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah janin lahir
.2.2. Jenis Perdarahan Post Partum
1. Perdarahan Post Partum Primer
Perdarahan post partum primer trjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan post partum primer adalah atenia uteri, retentio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir, terbanyak dalam 2 jam pertama
2. Perdarahan Post Partum Sekunder
Terjadi setelah 24 jam pertama penyebab utama perdarahan post partum sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta / membran
Manuaba, 1998
2.3. Faktor Yang Menyebabkan Post Partum
1. Grandemultipara
2. Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun
3. Persalinan yang dilakukan dengan tindakan pertolongan kala uri sebelum waktunya, pertolongan persalinan oleh sukun, persalinan dengan tindakan paksa, persalinan dengan narkosa


2.4. Diagnosis
Pada setiap perdarahan post partum harus dicari apa penyebabnya secara ringkas membuat diagnosis adalah seperti bagan dihalaman berikut :
1. Palpasi uterus bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
2. Memeriksa plasenta dan ketuban : apakah lengkap atau tidak
3. Lakukan eksplorasi kavum uteri untuk mencari :
a. Sisa plasenta dan ketuban
b. Robekan rahim
c. Plasenta suk senturiata
4. Inspekulo : untuk melihat robekan pada serviks, vagina dan varises yang pecah
5. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah, Hb, clot observagion tes (COT) dan lain – lain
Perdarahan post partum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan menakutkan sehingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok. Atau dapat berupa perdarahan yang menetes perlahan – lahan tetapi terus menerus yang juga berbahaya karena kita menyangka akhirnya perdarahan berjumlah banyak
2.5. Mekanisme Terjadinya Perdarahan
Perdarahan berasal dari tempat plasenta, bila tonus uterus tidak ada, kontraksi uterus lemah, maka spiral anteries yang seharusnya tertutup akibat kontraksi uterus tersebut tetap terbuka. Darah akan terus mengalir melalui bekas melekatnya plasenta ke cavum uteri dan seterusnya keluar pervaginam (Phantom)
.2.6. Gambaran Klinik
HPP terjadinya tidak mendadak, perdarahan tersebut terjadi terus menerus sebelum perdarahan tersebut dapat diatasi. Gejala – gejala perdarahan yang jelas :
1. Perasaan lemah
2. Mengantuk, menguap
3. Pandangan kabur
4. Pada pemeriksaan : tensi turun, nadi meningkat, nafas pendek
5. Penderita tampak anemis, jatuh dalam shock, kesadaran hilang dan akhirnya meninggal
2.7. Diagnosis Hpp
1. Perdarahan pervaginam berjumlah 500 cc
2. Uterus dalam keadaan flacard (tidak mempunyai tonus / kontraksi ) dapat pula kontraksi lemah dan hanya sebentar
3. Pada waktu ada kontraksi darah akan memancar keluar
4. Pada pemeriksaan inspeculo tidak ada robekan, sedangkan plasenta lengkap
5. Lama kelamaan akan timbul gejala “ perdarahan umum seperti anemia, shock, dan sebagainya


2.8. Pencegahan
Penecegahan terhadap terjadinya HPP ini kadang dalam banyak hal masih dapat dilakukan, misalnya :
1. Perbaikan k/u selama prenatal care
2. Kosongkan rectum dan buli pada tiap persalinan
3. Hindari partus lama/ partus kasep
4. Batasi pemakaian anestesi
5. Di beberapa RS ada yang memberi methergin IV pada saat kepala lahir / saat bahu depan lahir
2.9. Perawatan
1. Sebaiknya untuk perawatan HPP sudah disediakan pada setiap kasus yang duharapkan akan mengalami HPP
2. Bila terjadi HPP : kosongkan buli – buli dengan melakukan kotetterisasi
a. Tindakan sementara untuk menghentikan perdarahan
b. Kompresi aorta abdominalis
c. Kompresi bimanual : satu tinju pada fornik anterior, satu tangan dari laur menekan uterus supaya hiperanteflexi, sehingga aliran darah ke rahim berkurang
3. Perbaiki k/u dengan memberi cairan dan darah
4. Bila kontraksi uterus baik tetapi masih terjadi perdarahan, dipikirkan kemungkinan perdarahan berasal dari robekan jalan lahir, sisa plasenta, atau kelainan pembekuan darah
5. Bila setelah pemberian uterotonika kontraksi uterus masih belum adekuat dan perdarahan masih terjadi, lakukan uterovaginal tampenade, tampon ini bermaksud :
a. Merangsang uterus untuk berkontraksi
b. Menutup pembuluh darah yang terbuka
c. Tampon yang dipakai berukuran 10 cm x 10 cm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar