WeLcome to BloG Orang CaKeP...!!

1.Lihat DisekiTar lOE.....
2.Pikir..........!!!
3.LiaT LayaR MoniToR
4.Baca Dengan Seksama
5.Kalo PerLu kasih Komentarrr !!
6.Tersenyumm.....
dan Gw Ucapin "Thank You"

Selasa, 10 Agustus 2010

HEPATITIS DaLam KEHAMILAN

A. MACAM-MACAM PENYAKIT HEPATITIS PADA KEHAMILAN



PENYAKIT MENULAR ( HEPATITIS )

Terdapat 4 macam hepatitis yaitu :
- Hepatitis A
- Hepatitis B
- Hepatitis Non A-Non B
- Hepatitis Delta

Gejala yang timbul hampir sama, hanya dapat dibedakan dengan pemeriksaan laboratorium.
Penyakit Hepatitis menyerang berbagai umur, dan kalangan. Hepatitis sering pula dijumpai pada weanita hamil, terutama dalam TM II, penyakitnya biasanya dikenal lebih parah danm dapat mengakibatkan nekrosis hati yang luas dengan kematian maternal dan fetal yang tinggi.Berdasarkan penemuan HBAg ini dapat diketahui adanya transmisi hepatitis kejanin pada seorang ibu hamil dengan HBAg ( + ). Penularan perinatal inimmenyangkut kehidupan janin atau bayi tersebut selanjutnya, dimana dapat terjadi keadaan yang berat seperti sirosis hepatitis dan karsinoma hepatoseluler yang saat ini dapat dicegah dengan imunisasi. Penularan kepada anak yang terjadi saat lahir dan setelah lahir adalah melalui pencernaan yang menelan darah dari permukaan jalan lahir , asi, kontak langsung dengan sekret dari ibu, melalui alat monitor pada persalinan maupun alat suntik yang terkontaminasi. Mengingat bahwa virus Hepatitis terdapat dalam asi ( khusus bagi wanita penderita Hepatitis ) sebaiknya menyusui hanya diperbolehkan bila telah dilakukan imunisasi. Dalam hal ini perlu diingat bahwa menghindari asi bukan berarti bayi terlepas dari kemungkinan tertular hepatitis, karena cara penularan lainnya masih mungkin bisa terjadi.

 Gejala umum yang dapat dikenal :
- badan terasa panas
- mual kadang muntah
- kencing berwarna seperti teh tua
- seluruh kulit menjadi kuning
 Cara penularan penyakit hepatitis :
- melalui kontak pribadi ( berhubungan badan )
- melalui makanan atau minuman
- melalui suntikan atau transfusi darah
 Cara pencegahan untuk penyakit hepatitis :
Untuk mencegah penularan penyakit hepatitis B perlu dilakukan vaksinasi dengan vaksin hepatitis B.Agar tubuh menjadi kebal, diperlukan vaksinasi dasar sebanyak 3 kali suntikan vaksin hepatitis B . Mengenai jarak waktu vaksinasi dasar, ada vaksin yanng perlu tiap bulan sekali, ada pula yang diberi dua suntikan pertama dengan jangka waktu sebulan, sedangkan suntikan ktiga baru diberi 5 bulan kemudian.Untuk vaksinasipenguat, ada vaksin yang perlu diberi setahun kemudian satu kali, lalu 4 tahun kemudian diberi sekali lagi. Selanjutnya tiap 5 tahun sekali.Ada pla jenis vaksin yang diberikan langsung stiap 5 tahun sekali. Vaksinasi hepatitis B sebaiknya dil;akukan sendini mungkin. Anak yang lahir dari ibu yang mengudap penyakit hepatitis B segera setelah lahir diberi vaksinasi hepatitis B. Sebelum mendapat vaksinasi tidak perlu diberikan darah. Apakah anak telah kebal ataukah belum terhadap hepatitis B. Seandainya diberikan vaksinasi kepada anak yang telah kebal, maka vaksin hepatitis yang diterima itu akan memperkuat kekebalan pada tubuh anak.
 Jenis vaksin Hepatitis B antara lain :
Hepac cine –B, B – hepavac II, Engerix – B, Imunisasi
 Pengobatan penderrita harus dirawat , istirahat – baring, dan diet tinggi protein, diet rendah lemak, Infus cairan untuk keperluan HB Ig. kalori dan elektrolit terhadap inveksi hepatitis B : Pengobatan terhadap hepatitis tidak ada yang spesifik, harus diberikan apabila penderita mual dan muntah- muntah.

Apa itu hepatitis
Sebelum membahas dampak hepatitis virus terhadap kehamilan, akan diulas terlebih dahulu secara singkat apa itu hepatitis serta apa saja yang dapat terjadi ketika seorang mengidap hepatitis. Hepatitis merupakan suatu istilah umum untuk terjadinya peradangan pada sel-sel hati. Hepatitis dapat disebabkan oleh kondisi non-infeksi seperti obat-obatan, alkohol, dan penyakit autoimun, atau oleh adanya infeksi seperti hepatitis virus.
Hepatitis virus terjadi bila virus hepatitis masuk ke dalam tubuh dan kemudian merusak sel-sel hati. Cara masuknya virus hepatitis ke dalam tubuh bisa bermacam-macam, namun yang paling sering adalah melalui makanan dan minuman (hepatitis virus A dan E), atau melalui cairan tubuh misalnya melalui transfusi darah, suntikan, atau hubungan seksual (hepatitis virus B, C, dan D).
Ketika virus hepatitis masuk ke dalam tubuh maka akan timbul berbagai gejala, mulai dari yang ringan (bahkan tanpa gejala) sampai yang berat. Gejala yang dapat muncul akibat infeksi virus hepatitis diantaranya demam, nyeri otot, gejala-gejala mirip flu (flu-like syndrome), mual atau muntah, serta nyeri perut, yang kemudian akan diikuti mata atau kulit berwarna kuning, serta buang air kecil akan berwarna kecoklatan. Pada sebagian besar pasien, gejala-gejala tersebut akan membaik dengan sendirinya dan akan hilang sama sekali setelah 4-6 minggu, sementara sebagian kecil pasien keluhan-keluhan itu akan semakin memberat sehingga memerlukan perawatan yang khusus. Kondisi sakit seperti yang disebutkan di atas disebut sebagai hepatitis virus akut.
Bila infeksi hepatitis virus akut itu disebabkan oleh virus hepatitis A dan E, maka umumnya pasien akan sembuh total dan penyakitnya tidak berlanjut menjadi kronik. Hepatitis virus kronik dapat terjadi pada sebagian pasien yang mengalami infeksi hepatitis virus akut B, C, atau D. Seseorang dikatakan menderita hepatitis kronik bila virus hepatitis atau komponen-komponennya masih ada di dalam tubuh, dan secara perlahan tetap akan merusak sel-sel hati dan berpotensi untuk menularkan ke orang lain, walaupun gejala-gejala sudah menghilang dan secara fisik pasien sudah segar-bugar. Hepatitis kronik perlu mendapat perhatian khusus, karena penyakitnya bisa berlanjut menjadi sirosis hati (hati mengecil akibat sel-sel hati banyak yang digantikan jaringan parut) dan bahkan bisa menjadi kanker hati. Diperkirakan bahwa sekitar 10 hingga 30% dari pengidap hepatitis B dan C akan berkembang menjadi sirosis dan kanker hati. Baik sirosis atau kanker hati merupakan suatu kondisi akhir dari suatu penyakit hati kronik, dengan berbagai gejala dan komplikasi yang berat dan mengancam nyawa (seperti perdarahan saluran cerna, gagal hati, penurunan kesadaran, gangguan mekanisme pembekuan darah, infeksi di rongga perut yang penuh terisi cairan, sampai pada kematian).

Jenis Virus Hepatitis

Virus hepatitis A
Virus hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran ini terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara berkembang sering terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui air dan makanan.
Virus hepatitis B
Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah. Penularan biasanya terjadi diantara para pemakai obat yang menggunakan jarum suntik bersama-sama, atau diantara mitra seksual (baik heteroseksual maupun pria homoseksual).
Ibu hamil yang terinfeksi oleh hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi selama proses persalinan. Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat yang membawa virus hepatitis B. Di daerah Timur Jauh dan Afrika, beberapa kasus hepatitis B berkembang menjadi hepatitis menahun, sirosis dan kanker hati.

Virus hepatitis C
Menyebabkan minimal 80% kasus hepatitis akibat transfusi darah. Virus hepatitis C ini paling sering ditularkan melalui pemakai obat yang menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi penularan melalui hubungan seksual. Untuk alasan yang masih belum jelas, penderita "penyakit hati alkoholik" seringkali menderita hepatitis C.

Virus hepatitis D
Hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan virus hepatitis D ini menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Yang memiliki resiko tinggi terhadap virus ini adalah pecandu obat.

Virus hepatitis E
Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis A, yang hanya terjadi di negara-negara terbelakang.

Virus hepatitis G
Jenis baru dari virus hepatitis yang telah terdeteksi baru-baru ini.

Virus-virus lain yang dapat menyebabkan hepatitis :
• Virus Mumps
• Virus Rubella
• Virus Cytomegalovirus
• Virus Epstein-Barr
• Virus Herpes

Saat ini telah tersedia vaksin untuk melawan hepatitis A dan B. Namun, sebaliknya untuk hepatitis C belum ada vaksin untuk mencegahnya sehingga dianjurkan bagi diri kita masing-masing untuk berhati-hati sehingga tidak tertular penyakit tersebut dan berusaha untuk menghindari kontak dengan cairan tubuh orang lain. Selain dengan pemberian vaksin ternyata ada beberapa langkah hidup sehat yang wajib dipraktekan agar kita terhindar dari infeksi virus hepatitis, diantaranya adalah:
 Hindari seks bebas
 Hindari penggunaan narkotika ataupun obat-obatan yang sering disuntikkan ke dalam tubuh
 Cuci tangan sebelum makan dan setelah menggunakan kamar mandi
 Hindari mengkonsumsi ikan yang masih mentah dan kemungkinan telah terkontaminasi dengan air kotor
Hepatitis merupakan penyakit yang serius, tetapi jika kita dapat membudidayakan hidup sehat dan senantiasa menjaga kebersihan maka dipastikan bahwa kita akan terhindar dari penyakit tersebut. (FETRI)


Bagaimana bila hepatitis terjadi pada saat hamil
Sama seperti pada orang pada umumnya, seorang ibu yang hamil dapat berisiko mengalami hepatitis virus dan seseorang yang sudah mengalami hepatitis kronik dapat hamil. Semua jenis virus hepatitis dapat menginfeksi ibu hamil, dan dapat menimbulkan gejala hepatitis virus akut. Gejala dan tanda infeksi hepatitis virus akut yang terjadi pada kehamilan umumnya tidak banyak berbeda dengan mereka yang tidak hamil. Yang perlu dilakukan adalah memeriksakan diri ke dokter bila muncul gejala-gejala yang sudah disebutkan di atas tadi untuk memastikan apakah ini suatu hepatitis virus atau bukan, menentukan jenis virus apa yang menginfeksi, serta menentukan derajat kerusahan sel hati yang terjadi. Biasanya dokter akan menganjurkan perawatan di rumah sakit untuk memantau perkembangan penyakitnya, serta memastikan bahwa pasien cukup istirahat dan mendapat asupan makanan yang baik. Umumnya ibu hamil yang mengalami hepatitis virus akut akan sembuh dalam 4 sampai 6 minggu.
Menentukan jenis virus hepatitis apa yang menginfeksi merupakan hal penting, sebab seperti yang telah disebutkan di atas, bila virus hepatitis B dan C yang menginfeksi maka perlu dilakukan langkah-langkah lebih lanjut untuk mengantisipasi perkembangan penyakit lebih lanjut serta mencegah penularan penyakit ke janin atau bayi. Bila ibu hamil terinfeksi hepatitis virus B atau C, maka dokter akan melakukan berbagai pemeriksaan lanjutan untuk menentukan apakah hepatitis virusnya dalam kondisi aktif dan menularkan ke orang lain atau tidak, termasuk ke janinnya.


HEPATITIS PADA KEHAMILAN
Filed under: Antenatal Care — creasoft @ 6:59 pm
Tags: hepatitis, kehamilan, Persalinan, prematur
1 Votes
Pada wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepa-titis virus adalah sama dengan wanita tidak hamil pada umuryang sama.Kelainan hepar yang mempunyai hubungan langsung denganperistiwa kehamilan, ialah :Acute fatty liver of pregnancy (Obstetric acute yellow-atrophy).Recurrent intra-hepatic cholestasis of pregnancy. (2)Infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berhubunganlangsung dengan peristiwa kehamilan, namun tetap memerlu-kan penanganan khusus, mengingat penyulit-penyulit yang mungkin timbul baik untuk ibu maupun janin.
Hepar dalam Kehamilan
Pada kehamilan, hepar ternyata tidak mengalami pembesar-an.Hal ini bertentangan dengan penelitian pada binatang yangmenunjukkan bahwa hepar membesar pada waktu kehamilan. Bila kehamilan sudah mencapai trimester ke III, sukar untukmelakukan palpasi pada hepar, karena hepar tertutup olehpembesaran rahim. Oleh karena itu bila pada kehamilan tri-mester ke III hepar dapat dengan mudah diraba, berarti sudah terdapat kelainan-kelainan yang sangat bermakna. Perubahan-perubahan mikroskopik pada hepar akibat keha-milan adalah tidak khas.Pengaliran darah ke dalam hepar tidak mengalami perubahan,meskipun terjadi perubahan yang sangat menyolok pada sistem kardio vaskuler. (2)Wanita hamil sering menunjukkan tanda-tanda mirip adanyapenyakit-penyakit hepar, misalnya : spider naevi dan palmarerythema, yang wajar pada kehamilan, akibat meningkatnyakadar estrogen. Semua protein serum yang disintese dalam hepar akan mengalami perubahan pada waktu kehamilan. Jumlah protein serummenurun sekitar 20% pada trimester II, akibat penurunan kadar albumin secara menyolok, sedang fibrinogen justru mengalami kenaikan.
Penyebab
Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan



Hepatitis infeksiosa
Hepatitis infeksiosa disebabkan oleh virus dan merupakan penyakit hati yang paling sering dijumpai dalam kehamilan. Pada wanita hamil penyebab hepatitis infeksiosa terutama oleh Virus hepatitis B, walupun kemungkinan juga dapat Virus hepatitis A atau hepatitis C. Hepatitis virus dapat terjadi pada setiap saat kehamilan dan mempunyai pengaruh buruk pada janin maupun Ibu. Pada trimester pertama dapat terjadi keguguran, akan tetapi jarang dijumpai kelainan kongenital (anomali pada janin), sedangkan pada kehamilan trimester kedua dan ketiga, sering terjadi persalinan prematur. Tidak dianjurkan untuk melakukan terminasi pada kehamilan, dengan induksi atau seksio sesarea, karena akan mempertinggi resiko pada Ibu. Pada hepatitis B, janin kemungkinan dapat penularan melalui plasenta, waktu lahir, atau masa neonatus; walaupun masih kontroversi tentang penularan melalui air susu.
Penyakit hati karena obat
Obat-obat tertentu dapat menimbulkan gangguan faal hati, bahkan dapat menyebabkan kerusakan fatal seperti fenotiazin, tetrasikin, klorpromazin, koloform, arsenamin, fosfor, karbon tetraklorida, isoniazid, asetaminofen. Fenotiazin dan klorpromazin yang digunakan untuk mengurangi rasa mual, muntah-muntah dalam kehamilan dapat menyebabkan ikterus, bila diberikan terlalu lama atau dalam dosis yang besar. Tetrasiklin yang merupakan obat yang dilarang digunakan dalam kehamilan karena dapat menyebabkan kelainan kongenital (teratogenik) pada janin, juga dapat menimbulkan kerusakan pada hati. Begitu pula obat-obat isoniasid, yang selalu diikutkan sebagai obat untuk penyakit TBC, dapat menimbulkan kelainan hati, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan faal hati setelah pengobatan beberapa bulan.
Ruptura hepatitis
Ruptura hepatis, baik yang traumatik maupun yang spontan, dapat terjadi dalam kehamilan, biasanya yang robek lobus kanan. Mortalis sangat tinggi, kemungkinan 75% penderita meninggal. Hampir semua penderita yang mengalami ruptura hepatis pernah menderita pre-eklampsia atau eklamsia. Gambaran klinik mencakup nyeri epigastrium, abdomen akut, pekak sisi, pekak beranjak (shifting dullness)dan syok. Penderita dapat diselamatkan apabila ruptura hepatis lekas diketahui dan segera dioperasi.
Sirosis hepatitis
Kehamilan agaknya tidak mempengaruhi jalannya sirosis hepatis. Sebaliknya, sirosis dapat mempunyai pengaruh tidak baik terhadap kehamilan, tergantung dari beratnya penyakit.Penderita dengan fungsi hepar yang masih baik dan menjadi hamil, dapat melahirkan biasa tanpa penyakitnya menjadi lebih buruk akibat kehamilannya, asal ia mendapat pengobatan dan perawatan yang baik. Akan tetapi, apabila fungsi hepar sudah terganggu atau ada varises esofagus karena sirosis, sebaiknya penderita tidak hamil. Terutama dalam trimester III dapat terjadi krisis gawat hati (liver failure) dan perdarahan dari varises esofagus. Apabila penderita demikian hamil juga, maka abortus buatan dapat dipertimbangkan, walaupun pada umumnya sirosis saja tidak merupakan indikasi bagi pengakhiran kehamilan.
(http://www.antoe.web.id/?p=367)
(http://propolis-obatku.blogspot.com/2009/02/macam-macam-hepatitis.html



Pengaruh Hepatitis Virus Pada Kehamilandan Janin
Bila hepatitis virus terjadi pada trimester I atau permulaan trimeseter II maka gejala-gejala nya akan sama dengan gejalahepatitis virus pada wanita tidak hamil. Meskipun gejala-gejala yang timbul relatip lebih ringan dibanding dengan gejala-gejala yang timbul pada trimester III, namun penderita hendaknya tetap dirawat di rumah sakit.
Hepatitis virus yang terjadi pada trimester III, akan menimbulkan gejala-gejala yang lebih berat dan penderita umumnya me-nunjukkan gejala-gejala fulminant. Pada fase inilah acute hepatic necrosis sering terjadi, dengan menimbulkan mortalitasIbu yang sangat tinggi, dibandingkan dengan penderita tidakhamil. Pada trimester III, adanya defisiensi faktor lipo tropikdisertai kebutuhan janin yang meningkat akan nutrisi, menye-babkan penderita mudah jatuh dalam acute hepatic necrosisTampaknya keadaan gizi ibu hamil sangat menentukan prognose.
Penyelidik lain juga menyimpulkan, bahwa berat ringan gejala hepatitis virus pada kehamilan sangat tergantung darikeadaan gizi Ibu hamil. Gizi buruk khususnya defisiensi protein, ditambah pula me-ningkatnya kebutuhan protein untuk pertumbuhan janin,menyebabkan infeksi hepatitis virus pada kehamilan memberi gejala-gejala yang jauh lebih berat.Pengaruh kehamilan terhadap berat ringannya hepatitis virus,telah diselidiki oleh ADAM, yaitu dengan cara mencari hubungan antara perubahan-perubahan koagulasi pada kehamilan dengan beratnya gejala-gejala hepatitis virus. Diketahuibahwa pada wanita hamil, secara fisiologik terjadi perubahan-perubahan dalam proses pembekuan darah, yaitu dengan ke-naikan faktor-faktor pembekuan dan penurunan aktivitasfibrinolitik, sehingga pada kehamilan mudah terjadi DIC(Disseminated Intra Vascular Coagulation). Dalam penelitianini terbukti bahwa DIC tidak berperan dalam meningkatkanberatnya hepatitis virus pada kehamilan.Tetapi sebaliknya, bila sudah terjadi gejala-gejala hepatitisvirus yang fulminant, barulah DIC mempunyai arti.Hepatitis virus pada kehamilan dapat ditularkan kepada ja-nin, baik in utero maupun segera setelah lahir. Penularan virusini pada janin, dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu :
- Melewati placenta
- Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan
- Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya
- Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi.
Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi hepatitis virus in utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada periode neonatal. Jenis virus yang lebih banyak dilaporkan dapat menembusplacenta, ialah virus type B. Beberapa bukti, bahwa virus hepatitis dapat menembus placenta, ialah ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh janin in utero atau pada janin barulahir. Selain itu telah dilakukan pula autopsy pada janin-janin yang mati pada periode neonatal akibat infeksi hepatitisvirus. Hasil autopsy menunjukkan adanya perubahan-perubahan pada hepar, mulai dari nekrosis sel-sel hepar sampai suatubentuk cirrhosis. Perubahan-perubahan yang lanjut pada heparini, hanya mungkin terjadi bila infeksi sudah mulai terjadi sejak janin dalam rahim. Kelainan yang ditemukan pada hepar janin, lebih banyak terpusat pada lobus kiri. Hal ini membuktikan, bahwa penyebaran virus hepatitis dari Ibu ke janin dapat terjadi secarahematogen.Angka kejadian penularan virus hepatitis dari Ibu ke janinatau bayinya, tergantung dari tenggang waktu antara timbulnya infeksi pada Ibu dengan saat persalinan. Angka tertinggididapatkan, bila infeksi hepatitis virus terjadi pada kehamilantrimester III. Meskipun pada Ibu-Ibu yang mengalami hepatitis virus padawaktu hamil, tidak memberi gejala-gejala icterus pada bayi-nya yang baru lahir, namun hal ini tidak berarti bahwa bayi yang baru lahir tidak mengandung virus tersebut.Ibu hamil yang menderita hepatitis virus B dengan gejala-gejala klinik yang jelas, akan menimbulkan penularan pada janinnya jauh lebih besar dibandingkan dengan Ibu-Ibu hamil yanghanya merupakan carrier tanpa gejala klinik.
Dilaporkan,bahwa Ibu hamil yang mengalami hepatitis virus B, dengangejala yang jelas, 48% dari bayinya terjangkit hepatitis, sedang pada Ibu-lbu hamil yang hanya sebagai carrier Hepatitis Virus B antigen, hanya 5% dari bayinya mengalami virusB antigenemia. Meskipun hepatitis virus, belum jelas pengaruhnya terhadapkelangsungan kehamilan, namun dilaporkan bahwa kelahiranprematur terjadi pada 66% kehamilan yang disertai hepatitisvirus B. Adanya icterus pada Ibu hamil tidak akan menimbulkan kern-icterus pada janin. Kem icterus terjadi akibat adanya unconjugated bilirubin yang melewati placenta dari Ibu-Ibu hamil yang mengalami hemolitik jaundice. (3).Bila penularan hepatitis virus pada janin terjadi pada waktupersalinan maka gejala-gejalanya baru akan nampak dua sampai tiga bulan kemudian. Sampai sekarang belum dapat dibuktikan, bahwa hepatitisvirus pada Ibu hamil dapat menimbulkan kelainan kongenitalpada janinnya. Pada pemeriksaan placenta, dari kehamilan yang disertai hepatitis virus, tidak dijumpai perubahan-perubahan yang menyolok, hanya ditemukan bercak-bercak bilirubin. Bila terjadi penularan virus B in utero, maka keadaan ini tidakmemberikan kekebalan pada janin dengan kehamilan berikutnya.]
Pengobatan
Pengobatan infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita tidak hamil. Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala icterus hilang dan bilirubin dalam serum menjadi normal. Makanan diberikan dengan sedikit mengandung lemak tetapitinggi protein dan karbohydrat.Pemakaian obat-obatan hepatotoxic hendaknya dihindari.Kortison baru diberikan bila terjadi penyulit. Perlu diingatpada hepatitis virus yang aktip dan cukup berat, mempunyai risiko untuk terjadi perdarahan post-partum, karena menurun-nya kadar vitamin K. Janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post natal dengan dilakukan pemeriksaantransaminase serum dan pemeriksaan hepatitis virus antigensecara periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi pengobatankhusus bila tidak mengalami penyulit-penyulit lain.
Pencegahan
Semua Ibu hamil yang mengalami kontak langsung denganpenderita hepatitis virus A hendaknya diberi immuno globulinsejumlah 0,1 cc/kg. berat badan. Gamma globulin ternyatatidak efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Gizi Ibu hamil hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk mempermudah penularan hepatitis virus.Untuk kehamilan berikutnya hendaknya diberi jarak sekurang-kurangnya enam bulan setelah persalinan, dengan syarat setelah 6 bulan tersebut semua gejala dan pemeriksaan laborato-rium telah kembali normal.Setelah persalinan, pada penderita hendaknya tetap dilakukanpemeriksaan laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bu-lan dan enam bulan kemudian.
http://creasoft.wordpress.com/2008/04/26/hepatitis-pada-kehamilan/







http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&q=hepatitis+pada+ibu+nifas&btnG=Telusuri+dengan+Google&meta=&aq=f&oq=hepatitis+pada+ibu+nifas&fp=a05003197864f75b

Hepatitis dalam Kehamilan I
Hepatitis dan penyakit hati lain yang terjadi selama kehamilan harus menjadi perhatian karena dapat menimbukan masalah kesehatan serius, baik bagi ibu maupun bayi. Secara umum, penyakit hati dalam kehamilan dapat terjadi dalam 3 bentuk berikut:
1. Penyakit hati yang dicetuskan oleh kehamilan, seperti perlemakan hati akut, hiperemesis gravidarum (muntah yang berlebihan pada kehamilan muda), dan sindrom HELLP;
2. Penyakit hati yang terjadi selama kehamilan dan tidak berhubungan dengan kehamilannya, seperti hepatitis virus akut, infeksi dan batu di kandung empedu;
3. Kehamilan yang terjadi pada orang yang telah mengalami penyakit hati kronik (yang sudah lama) sebelumnya, seperti hepatitis kronik.

Pada tulisan ini, akan dibahas hepatitis virus –sebagai salah satu penyakit hati yang paling sering terjadi– pada kehamilan. Hepatitis virus pada kehamilan dapat menimbulkan dampak kesehatan yang besar baik bagi ibu maupun janin yang

OMPHALOCHEAL...Vs ABsTruksi BiLiaRiS..

BAB II
PEMBAHASAN


A.Anatomi dan Fisiologi

Usus halus adalah segmen pertemuan antara panjang dari saluran Gastrointestinal (GI) yang jumlah panjangnya kira – kira dua pertiga dari panjang total saluran. Bagian ini membalik dan melipat dari yang memungkinkan kira – kira 7000 cm area permukaan untuk sekresi dan absrobsi.
Usus halus dibagi dalam tiga bagian anatomik :
1)Bagian atas disebut Duodenum
2)Bagian tengah disebut Yeyunum
3)Bagian wajah disebut Ileum


B.Definisi

1. Omphalocele adalah defek (kecacatan) pada dinding anterior abdomen pada dasar dari umbilical cord dengan herniasi dari isi abdomen. Organ-organ yang berherniasi dibungkus oleh peritoneum parietal. Setelah 10 minggu gestasi, amnion dan Wharton Jelly juga membungkus massa hernia (Lelin-Okezone, 2007)
Menunjukkan herniasi isi abdomen yang terbungkus dengan selaput peritoneum.
2. Omphalocele adalah suatu keadaan dimana dinding perut mengandung struktur muskulo aponeuresis yang kompleks. Aponeuresis adalah lembaran jaringan mirip tendon yang lebar serta mengkilap untuk membungkus dan melekatkan otot yang satu dengan yang lainnya dan juga dengan bagian yang digerakkan oleh otot tersebut.

a. Dibagian belakang, struktur ini melekat pada tulang belakang.
b. Disebelah atas, melekat pada iga.
c. Di bagian bawah melekat pada tulang panggul.


C.Etiologi

Omfalokel disebabkan oleh kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu sehingga menyebabkan timbulnya omfalokel. Kelainan ini dapat terlihat dengan adanya prostrusi (sembilan) dari kantong yang serisi usus dan visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilicus (umbilicus terlihat menonjol keluar). Angka kematian tinggi bila omfalokel besar karena kantong dapat pecah dan terjadi infeksi.

Faktor resiko tinggi yang berhubungan dengan omphalokel adalah resiko tinggi kehamilan seperti :

a. Infeksi dan penyakit pada ibu
b. Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok,
c. Kelainan genetik
d. Defesiensi asam folat
e. Hipoksia
f. Salisil dapat menyebabkan defek pada dinding abdomen.
g. Asupan gizi yang tak seimbang
h. Unsur polutan logam berat dan radioaktif yang masuk ke dalam tubuh ibu hamil.


D.Manifestasi klinis

Menurut A.H. Markum (1991), manifestasi dari omphalokel adalah :
1. Organ visera / internal abdomen keluar
2. Penonjolan pada isi usus
3. Teridentifikasi pada prenatal dengan ultrasound

Gejala Omfalokel

Omfalokel yaitu hernia umbilikalis inkomplet terdapat waktu,lahir ditutup oleh peritonium, selai Warton dan selaput amnion. Hernia umbilikalis biasanya tanpa gejala, jarang yang mengeluh nyeriBanyaknya usus dan organ perut lainnya yang menonjol pada omfalokel bervariasi, tergantung kepada besarnya lubang di pusar. Jika lubangnya kecil, mungkin hanya usus yang menonjol, tetapi jika lubangnya besar, hati juga bisa menonjol melalui lubang tersebut.

Omphalocel dapat dilihat dengan jelas, karena isi abdomen menonjol atau keluar melewati area perut yang tertekan. Berikut ini perbedaan ukuran omphalokel, yaitu :Omphalocel kecil hanya usus yang keluar atau menonjol, sedangkan
Omphalocel besar : usus, hati atau limpa yang mungkin bisa keluar dari tubuh yang sehat.

Omphalocel memperlihatkan sedikit pembesaran pada dasar tali puzat atau kantong membrane yang menonjol pada umbilicus. Kantong tersebut berukuran dari kecil sampai berukuran raksasa dan mengenai hati, limfe dan tonjolan besar pada bowel (isi perut). Tali pusat biasanya diimsersi ke dalam kantong jika kantong rupture pada uteru, maka usus akan terlihat gelap dan edematous. Jika tidak ditutup maka selama pelepasan, usus menunjukkan normal yang esensial. Kira – kira 1 dari 3 bayi dengan omphalocel diasosiasikan sebagai congenital anomaly atau abnormal.
(Jackson, D.B.& Sounders, 1993).


E.Patofisiologi

1. Selama perkembangan embrio, ada suatu kelemahan yang terjadi dalam dinding abdomen semasa embrio yang mana menyebabkan herniasi pada isi usus pada salah satu samping umbilicus (yang biasanya pada samping kanan). Ini menyebabkan organ visera abdomen keluar dari kapasitas abdomen dan tidak tertutup oleh kantong.
2. Terjadi malrotasi dan menurunnya kapasitas abdomen yang dianggap sebagai anomaly.
3. Gastroskisis terbentuk akibat kegagalan fusi somite dalam pembentukan dinding abdomen sehingga dinding abdomen sebagian tetap terbuka.
4. Letak defek umumnya disebelah kanan umbilicus yang terbentuk normal.
5. Usus sebagian besar berkembang di luar rongga abdomen janin. Akibatnya, usus menjadi tebal dan kaku karena pengendapan dan iritasi cairan amnion dalam kehidupan intrauterine. Usus juga tampak pendek. Rongga abdomen janin sempit.
6. Usus-usus, visera dan seluruh permukaan rongga abdomen berhubungan dengan dunia luar menyebabkan penguapan dan pancaran panas dari tubuh cepat berlangsung, sehingga terjadi dehidrasi dan hipotermi, kontaminasi usus dengan kuman juga dapat terjadi dan menyebabkan sepsis, aerologi menyebabkan usus-usus distensi sehingga mempersulit koreksi pemasukan ke rongga abdomen pada waktu pembedahan.
7. EmbriogenesisPada janin usia 5 – 6 minggu isi abdomen terletak di luar embrio di rongga selom. Pada usia 10 minggu terjadi pengembangan lumen abdomen sehingga usus dari extra peritoneum akan masuk ke rongga perut. Bila proses ini terhambat maka akan terjadi kantong di pangkal umbilikus yang berisi usus, lambung kadang hati. Dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amnion yang keduanya bening sehingga isi kantong tengah tampak dari luar, keadaan ini disebut omfalokel. Bila usus keluar dari titik terlemah di kanan umbilikus, usus akan berada di luar rongga perut tanpa dibungkus peritoneum dan amnion, keadaan ini disebut gastroschisis.
Gambar : Gastrokhisis dengan usus terbuai tanpa selaput yang menutupi


F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Fisik
Pada omfalokel tampak kantong yang berisi usus dengan atau tanpa hati di garis tengah pada bayi yang baru lahir.Pada gastro schisis usus berada di luar rongga perut tanpa adanya kantong.

2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Maternal Serum Alfa Fetoprotein (MSAFP). Diagnosis prenatal defek pada dinding abdomen dapat dideteksi dengan peningkatan MSAFP. MSAFP dapat juga meninggi pada spinabifida yang disertai dengan peningkatan asetilkolinesterase dan pseudokolinesterase.

3. Prenatal, ultrasound
Gambar : A fetal echocardiogram (ultrasound of the heart)
Menunjukkan adanya defek ompalokel

4. Pemeriksaan radiology
Fetal sonography dapat menggambarkan kelainan genetik dengan memperlihatkan marker structural dari kelainan kariotipik. Echocardiography fetus membantu mengidentifikasi kelainan jantung. Untuk mendukung diagnosis kelainan genetik diperjelas dengan amniosentesis
Pada omphalocele tampak kantong yang terisi usus dengan atau tanpa hepar di garis tengah pada bayi yang baru lahir.


G.Penatalaksanaan Medis


1.Medik

Operasi dilakukan setelah lahir, akan tetapi mengingat dengan memasukkan semua usus dan alat visera sekaligus ke dalam rongga abdomen akan terjadi tekanan yang mendadak pada paru, sehingga dapat menimbulkan gangguan pernafasan, maka operasi biasanya dilakukan penundaan sampai beberapa bulan

1Perawatan pra-bedah
a. Terpeliharanya suhu tubuh
Kehilangan panas dapat berlebihan karena usus yang mengalami prolaps sangat meningkatkan area permukaan.
b. Pemasangan NGT dan pengisapan yang kontinu untuk mencegah distensi usus-usus yang mempersulit pembedahan.
c. Penggunaan bahan synthetic (silatik) dengan lapisan tipis yang tidak melengket seperti xeroform, kemudian dengan kerlix dan pembungkus Saran untuk menutup usus atau menutup dengan kasa steril lembab dengan cairan NaCl steril untuk mencegah kontaminasi
d. Omphalocele dianjurkan tidak melakukan traksi yang berlebihan pada mesenterium.
e. Terapi intravena untuk hidrasi
f. Antiseptik dengan spectrum luas secara intravena
Besarnya kantong, luasnya cacat dinding perut dan ada tidaknya hepar di dalam kantong, akan menentukan cara pengelolaan. Bila kantong omphalocele kecil, dapat dilakukan operasi satu tahap. Dinding kantong dibuang, isi kantong dimasukkan ke dalam rongga perut, kemudian lubang ditutup dengan peritoneum, fasia dan kulit. Tetapi biasanya omphalocele


1. terlalu besar dan rongga perut terlalu kecil sehingga isi kantong tidak dapat dimasukkan ke dalam perut. Jika dipaksakan, maka karena regangan pada dinding perut, diafragma akan terdorong ke atas sehingga terjadi gangguan pernapasan. Obstruksi vena cava inferior dapat juga terjadi karena tekanan tersebut.
Tindakan yang dapat dilakukan ialah melindungi kantong omphalocele dengan cairan antiseptik, misalnya betadin dan menutupnya dengan kain dakron agar tidak tercemar. Dengan demikian, ada kesempatan untuk terjadinya epitelisasi dari tepi, sehingga seluruh kantong tertutup epitel dan terbentuk hernia ventralis yang besar. Epitelisasi ini membutuhkan waktu 3-4 bulan. Kemudian operasi koreksi hernia ventralis tersebut dapat dikerjakan setelah anak berumur 5-10 bulan.
g. Terapi oksigen diberikan untuk membantu pernafasan

2. Pembedahan
Pembedahan dilakukan secara bertahap tergantung besar kecilnya lubang pada dinding abdomen.
Tujuan pebedahan adalah untuk mengembalikan visera kedalam kavum abdomen dan menutup diding abdomen.
Pada omphalokel, jika lubangnya kecil maka akan disambungkan saja, namun jika lubangnya besar maka akan dicangkok dengan mengambil kulit dari bokong atau paha bayi. Operasi koreksi ini untuk menempatkan usus ke dalam rongga perut dan menutup lubang. Harus dikerjakan secepat mungkin sebab tidak ada perlindungan infeksi. Tambahan lagi makin ditunda operasi makin sukar karena usus akan udem.
3. Paska Bedah
a. Perawatan paska bedah neonatus rutin
b. Terapi oksigen maupun ventilasi mekanik kemungkinan diperlukan
c. Dilakukan aspirasi setiap jam pada tuba nasogastrik
d. Pemberian antibiotika
e. Terapi intravena diberikan untuk perbaikan cairan

Pada sekitar 7-12 hari setelah pembedahan, anak akan kembali lagi mengalami pembedahan untuk menjalani perbaikan cacat. Namun ini tergantung dari kondisi si bayi (lemah atau tidak).


Pemberian obat analgesic :
1.Rencanakan untuk memberikan analgesik yang telah ditentukan sebelum prosedur
a.Oral : efek obat terjadi setelah 11/2 – 2 jam untuk hapir semua obat analgesik.
b.Intravena : efek paling cepat setelah 5 menit.
2.Kuatkan efek dari analgesik dengan memberitahukan bahwa anak akan merasa lebih baik.
3.Berikan obat mulai dengan dosis yang dianjurkan sesuai dengan BB, contoh obat :
a.Obat - obat anti inflamasi nonsteroid : asetaminofen dengan 10 – 20 mg/kg per dosis setiap 4 -6 jam, tidak boleh lebih dari 5 dosis dalam 24 jam.
b.Opioid pilihan untuk nyeri sedang sampai berat (dosis awal anak dengan BB < 50kg) contohnya :
Morfin : oral 0,2–0,4 mg/kg tiap 3 – 4 jam. Parenteral 0,1 – 0,2 mg/kg. IM 3 – 4 jam 0,02 – 0,1 mg/kg dan IV bolus 2 jam.
Fentanil : oral 5 – 15 mg/kg. Parenteral 0,5 – 2,5 mg/kg dan IV bolus setiap 0,5 jam.
Kodein: oral 1 mg/kg tiap 3–4 jam. Parenteral tidak dianjurkan.

H.Komplikasi

1. Komplikasi dini adalah infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan yang telanjang.
2. Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balans cairan dan nutrisi yang adekuat misalnya dengan nutrisi parenteral.

3. Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan pemasangan ventilator yang lama
4. Nekrosis
5. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan lain yang memperburuk prognosis.


Komplikasi lain yang terjadi pada penderita Omphalocel, yaitu :
Infeksi usus
Kematian jaringan usus yang bisa berhubungan dengan kekeringan atau trauma oleh karena usus yang tidak dilindungi.
Pemberian anestesi :
Bereaksi dengan pengobatan atau obat anestesi
Masalah pernafasan atau gangguan pola nafas, karena dapat menyebabkan menurunnya kerja organ pernafasan.
Pembedahan
Perdarahan
Resiko infeksi terhadap luka atau kurangnya perawatan (strerilisasi)
Luka pada organ
Kesulitan bernafas (mungkin terjadi akibat pertambahan tekanan pada abdomen, ketika omphalocel ditutup).
Peritonitis (radang pada selaput lambung)
Kelumpuhan sementara pada usus halus






















BAB III
PENUTUP




Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar pusar yang hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit. Omfalokel terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran. Usus terlihat dari luar melalui selaput peritoneum yang tipis dan transparan (tembus pandang).
Pada 25-40% bayi yang menderita omfalokel, kelainan ini disertai oleh kelainan bawaan lainnya, seperti kelainan kromosom, hernia diafragmatika dan kelainan jantung. Banyaknya usus dan organ perut lainnya yang menonjol pada omfalokel bervariasi, tergantung kepada besarnya lubang di pusar. Jika lubangnya kecil, mungkin hanya usus yang menonjol; tetapi jika lubangnya besar, hati juga bisa menonjol melalui lubang tersebut.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, dimana isi perut terlihat dari luar melalui selaput peritoneum. Agar tidak terjadi cedera pada usus dan infeksi perut, segera dilakukan pembedahan untuk menutup omfalokel.












DAFTAR PUSTAKA


Apotik Online Medicastore. 2004. copyright© www.medicastore.com
Brunner and Suddart. 2001. Keperawata Medikal Bedah, Edisi 8 (Ahli bahasa ; Agung Waluyo). Jaakarta : EGC
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29 (Ahli bahasa ; Huriawati Hartono, dkk). Jakarta : EGC
Guyton and Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran, Edisi 9 (Ahli bahsa ; Irawati Setiawan). Jakarta : EGC
Laboratorium/U.P.F Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar, Bukittinggi. Cermin Dunia Kesehatan. 1997. http://www. Medicastore.com
Ledbetter DJ . Gastroschisis and omphalocele. Surg Clin North Am. April 2006; 86(2): 249-60, vii.
Jackson D.B. and Sounders R.B. 1993. child Health Nursing. Lippincott Company: Philadelphia
Syaifuddin. 2000. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC
Swearning, Pamela L. Care palning Resaurce (Medical-Surgical, Pediatric, Maternity and Psichiatric Nursing Care Plans). Mosby
Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Sabiston Textbook of Surgery, 17th ed. St. Louis, M0: WB Saunders; 2004:2116-2117.

WELcoMe To POSYANDU !!!

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Kesehatan merupakan kebutuhan pokok manusia oleh karena itu kesehatan adalah hak azasi manusia. Keberhasilan pembangunan kesehatan secara makro akan mempengaruhi kinerja pembangunan sektor lain seperti pembangunan ekonomi, pendidikan, sosial, pertahanan dan keamanan, secara mikro akan meningkatkan derajat kesehatan individu. Derajat kesehatan yang optimal akan mewujudkan sumber daya manusia yang sehat dan kuat baik jasmani maupun rohani. Sumber daya manusia yang demikian ini dibutuhkan dalam kita memasuki abad 21. Abad yang ditandai dengan persaingan yang ketat baik ditingkat nasional, regional maupun internasional. Pembangunan kesehatan terus harus diupayakan untuk dapat meningkatkan kualitas, dan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat.
Pada tahun 1969-1971 Departemen Kesehatan menata kembali strategi pembangunan kesehatan jangka panjang melalui PAKERNAS I untuk merumuskan rencana pembangunan kesehatan jangka panjang sebagai awal Repelita I. Kemudian dari sinilah konsep Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) mulai diperkenalkan.
Pemerintah membangun Puskesmas dengan berbagai strategi antara lain:
• Untuk mencegah kecenderungan dokter-dokter bekerja di daerah perkotaan sedangkan masyarakat sebagian besar tinggal di perdesaan
• Untuk meratakan pelayanan kesehatan mendekatkan sarana kesehatan dengan penduduk. Untuk jangka panjang, pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care/PHC) yang dikembangkan jauh lebih efisien dan efektif dibandingkan dengan pelayanan melalui RS.
• Untuk menekan biaya pelayanan kesehatan. Biaya di RS dan dokter praktik swasta lebih bersifat kuratif (pengobatan) yang lebih mahal dibandingkan dengan program pencegahan.
Berdasarkan konsep PHC, lahirlah PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa). PKMD berkembang menjadi salah satu model peran serta masyarakat di bidang pelayanan kesehatan. Namanya disesuaikan dengan kebutuhan dan kapasitas masyarakat setempat seperti:
• Program gizi (UPGK-Upaya Pelayanan Giza Keluarga)
• Prosyandu/posyandu (program pelayanan terpadu)
• Gizi (penimbangan balita, pemberian vitamin A untuk balita, dan Sulfas Ferrosus untuk ibu hamil)
• POD (Pos Obat Desa)
• DUKM (Dana Upaya Kesehatan Masyarakat): asuransi untuk masyarakat desa
• Bidan desa dengan polindes (poliklinik bersalin desa)
• Pembinaan pengobatan tradisional dan sebagainya

1.2.Rumusan Masalah
Kesehatan merupakan kebutuhan pokok manusia oleh karena itu kesehatan adalah hak azasi manusia. Keberhasilan pembangunan kesehatan secara makro akan mempengaruhi kinerja pembangunan sektor lain seperti pembangunan ekonomi, pendidikan, sosial, pertahanan dan keamanan, secara mikro akan meningkatkan derajat kesehatan individu. Derajat kesehatan yang optimal akan mewujudkan sumber daya manusia yang sehat dan kuat baik jasmani maupun rohani. Sumber daya manusia yang demikian ini dibutuhkan dalam kita memasuki abad 21. Abad yang ditandai dengan persaingan yang ketat baik ditingkat nasional, regional maupun internasional. Pembangunan kesehatan terus harus diupayakan untuk dapat meningkatkan kualitas, dan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat.

1.3.Tujuan
 Mampu menjelaskan tentang Posyandu
 Mengetahui siapa saja yang dapat menjadi seorang kader Posyandu
 Tugas pokok seorang kader Posyandu
 Mengetahui keterampilan apa saja yang perlu dimiliki seorang kader Posyandu
 Mampu menjelaskan dan melaksanakan sistem 5 meja di Posyandu








BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Posyandu
Pelayanan kesehatan terpadu (yandu) adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas. Pelaksanaan pelayana program terpadu dilakukan dib alai dusun, balai kelurahan, RW, dan sebagainya yang disebut dengan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Posyandu antara lain: KIA (Keseehatan Ibu dan Anak), KB (Keluarga Berencana),P2M (Imunisasi dan Penanggulangan Diare), dan Gizi (penimbangan balita). Sedangkan sasaran penduduk posyandu ialah ibu hamil, ibu menyusui, pasangan usia subur (PUS),dan balita.
Program yandu merupakan strategi pemerintah dalam menurunkan angka kematian bayi (Infant mortality- IMR), angka kelahiran (Birth Rate-BR), dan angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate-MMR). Turunnya IMR, BR, dan MMR di suatu wilayah merupakan standar keberhasilan pelaksanaan program terpadu di wilayah tersebut.Untuk mempercepat penurunan IMR, BR, dan MMR tsb,secara nasional diperlukan tumbuhnya peran serta masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan posyandu karena posyandu adalah milik masyarakat.Untuk mengembangkan peran serta masyarakat di posyandu dapat dilakukan dengan penerapan asas-asas manajemen kesehatan.

B. Sistem Pelayanan Terpadu
Sistem merupakan suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu sama lain dan mempunyai suatu tujuan yang jelas. Komponen suatu sistem terdiri dari input, proses, output, effect, outcome, dan mekanisme umpan baliknya.
• Input
Yaitu sumber daya atau masukan yang dikonsumsikan oleh suatu system yang disingkat dengan 6M yaitu: Man, Money ,Material, Mehod, Minute, dan Market. Man adalah kelompok penduduk sasaran yang akan diberikan pelayanan, Staf Puskesmas, kecamatan, kelurahan, kader, pemuka masyarakat, dan sebagainya. Money adalah dana yang dapat digali dari swadaya masyarakat dan yang disubsidi oleh pemerintah. Material adalah vaksin, jarumsuntik, KMS, alat timbang, obat-obatan, dan sebagainya. Method adalah cara penyimpanan vaksin,cara menimbang, cara memberikan vaksin, cara mencampur oralit, dan sebagainya. Minute adalah waktu yang disediakan oleh staf Puskesmas untuk melaksanakan kegiatan yandu dan waktu yang disediakan oleh ibu untuk suatu kegiatan dan sebagainya. Market adalah masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti lokasi kegiatan yandu, transport, system kepercayaan masyarakat di bidang kesehatan ,dan sebagainya.
• Proses
Meliputi semua kegiatan pelayanan terpadu mulai dari persiapan bahan,tempat,dan kelompok penduduk sasaran sampai dengan evaluasinya.
• Output
Merupakan produk program yandu misalnya jumlah anak yang ditimbang, jumlah bayi, dan ibu hamil yang diimunisasi, jumlah PUS yang diberikan pelayanan KB.
• Effect
Terjadinya perubahan pengetahuan dan sikap perilaku kelompok masyarakat yang dijadikan sasaran program.
• Outcome
Merupakan dampak atau hasil tidak langsung dari proses suatu sistem seperti penurunan angka kematian bayi, penurunan fertilitas PUS, dan jumlah balita kurang gizi.

C. Fungsi Manajemen Program Yandu
Fungsi manajemen yang dipakai sebagai pokok bahasan dalam makalah ini ialah perencanaan, pengorganisasian, penggerakan-pelaksanaan dan pengawasan.Tiga prinsip pokok penerapan asas-asas manajemen pada pengembangan program kesehatan adalah upaya peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya untuk menunjang pelaksanaan program,peningkatan efektifitas pelaksanaan kegiatan untuk mencapai target program, dan setiap pengambilan keputusan dapat dilakukan secara rasional karena sudah didasari pemanfaatan data secara tepat.
Untuk lebih jelasnya bagaimana penerapan keempat fungsi manajemen tersebut pada program pelayanan terpadu, berikut ini akan dijelaskan keempat fungsi manajemen tersebut
1. Perencanaan
Dari keempat rangkaian fungsi manajemen tersebut, perencanaan merupakan fungsi yang terpenting karena awal dan arah dari proses manajemen posyandu secara keseluruhan. Perencanaan program yandu dimulai di tingkat Puskesmas yang bersifat operasional karena langsung dilaksanakan di lapangan. Perencanaan program yandu terdiri dari lima langkah penting yakni:
1. Menjelaskan berbagai masalah
Untuk dapat menjelaskan masalah program yandu diperlukan upaya analisis situasi. Sasaran analisis situasi adalah berbagai aspek penting pelaksanaan program yandu di berbagai wilayah Puskesmas. Dari analisis situasi akan dihasilkan berbagai macam data yang terdiri dari berbagai aspek.
Aspek epidemiologis yakni kelompok penduduk sasaran (who) yang menderita kejadian tersebut, dimana, kapan masalah tersebut terjadi. Misalnya: data jenis penyakit yang dapat dicegah dari imunisasi.
Aspek demografis berdasarkan kelompok umur, jumlah kelahiran dan kematian, jumlah AKI.
Aspek geografis semua informasi karakteristik wilayah yang dapat mempengaruhi masalah tersebut.
Aspek sosial ekonomi adlah pendapatan, tingkat pendidikan, norma sosial, dan sistem kepercayaan masyarakat.
Aspek organisasi pelayanan meliputi motivasi kerja staf dan kader, keterampilan, persediaan vaksin, alat KB, dsb.
2. Menentukan prioritas masalah
Prioritas masalah secara praktis dapat ditetapkan berdasarkan pengalaman staf, dana, dan mudah tidaknya maslah dipecahkan. Prioritas masalaj dijadikan dasar untuk menentukan tujuan.
3. Menetapkan tujuan dan indikator keberhasilan
Contoh tujuan program yandu:
• Meningkatkan cakupan vaksinasi
• Mengintensifkan imunisasi campak di wilayah binaan.
• Mengkaji hambatan dan kendala
Sebelum menentukan tolak ukur, perlu dipelajari hambatan-hambatan program kesehatan yang pernah dialami atau diperkirakan baik yang bersumber dari masyarakat, lingkungan, Puskesmas maupun dari sektor lainnya.
• Menyusun rencana kerja operasional
Dengan RKO akan memudahkan pimpinan mengetahui sumber daya yang dibutuhkan dan sebagai alt pemantau. Contoh format RKO:
1. jenis kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
2. Lokasi kegiatan
3. Metode pelaksanaan
4. Sasaran penduduk
5. Penanggung Jawab
6. Dana dan sarana
7. Waktu Pelaksanaanya.

D. Pengorganisasian
Dari struktur organisasi Puskesmas dapat diketahui mekanisme pelimpahan wewenang dari pimpinan kepada staf sesuai tugas yang diberikan. Masing-masing kelompok terdiri dari 2 atau 3 staf yang tiap staf disesuaikan dengan jumlah yang tersedia dan jumlah kelompok yang diperlukan. Setiap kelompok dikoordinasikan oleh satu orang senior. Mereka bersama kader akan memberikan pelayanan di Posyandu, membuat laporan, menganalisis cakupan dan mengevaluasi pelaksanaan program di lapangan. Tugas-tugas mereka hendaknya dibuat jelas dan sederhana disesuaikan dengan rata-rata tingkat pendidikan mereka.

E. Penggerakan-pelaksanaan
Keberhasilan pengembangan fungsi manajemen ini amat dipengaruhi oleh keberhasilan pimpinan Puskesmas menumbuhkan motivasi kerja staf dan semangat kerja sama antara staf dengan staf lainnya di Puskesmas (lintas program), antara staf puskesmas dengan masyarakat, dan antara staf puskesmas dengan pimpinan instansi di tingkat kecamatan (lintas sektoral). Mekanisme komunikasi yang dikembangkan oleh pimpinan puskesmas dengan stafnya, demikian pula antara pimpinan puskesmas dengan camat dan pimpinan sektor lainnya di tingkat kecamatan, termasuk dengan aparat di tingkat desa akan sangat berpengaruh pada keberhasilan fungsi manajemen ini. Melalui loka karya mini puskesmas, kesepakatan kerjasama lintas program dan sektoral dapat dirumuskan. Perwujudan kerjasama lintas sektoral akan ditentukan oleh peranan camat dan ketua penggerak PKK di tingkat kecamatan. Keterampilan untuk mengembangkan hubungan antar manusia sangat diperlukan dalam penerapan fungsi manajemen ini.
Posyandu adalah untuk masyarakat dan perlu dikelola oleh masyarakat oleh kader-kader di tingkat dusun. Pembinaan kader memang sukar dikerjakan oleh pihak puskesmas karena merka bekerja secara sukarela sementara mereka dihadapkan pada pilihan bekerja untuk menanggung kebutuhan ekonomi keluarga dan dirinya sendiri. Tetapi tanpa kader yang diambil dari masyarakat setempat,konsep posyandu (dari dan untuk masyarakat) akan kabur. Ironisnya sampai saat ini posyandu masih tetap dianggap perpanjangan tangan puskesmas. Tanpa staf puskesmas, posyandu jarang sekali berjalan secara rutin. Ini adalah salah satu bentuk tantangan pelaksanaan dan pengembangan posyandu terutama di kota-kota.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk melaksanakan program yandu adalah:
• Kembangkan mekanisme kerjasama yang positif antara dinas-dinas sektoral di tingkat kecamatan, antara staf puskesmas sendiri dan organisasi formal dan informasi di tingkat desa/ dusun.
• Gali potensi masyarakat dan kembangkan kerjasama yang ada (terutama dengan PKK) untuk dapat menunjang kegiatan program yandu.
• Kembangkan motivasi kader dan staf kesehatan sebagai anggota kelompok kerja program yandu, sehingga peran serta mereka yang optimal dapat ditingkatkan untuk menunjang pelaksanaan program yandu. Dalam hal ini hubungan antar manusia (HAM) perlu terus dibina dan dikembangkan untuk menjamin tumbuhnya suasana kerja yang harmonis dan merangsang inisiatif anggota kelompok kerja posyandu.

F. Pengawasan dan Pengendalian (WASDAL)
Setelah fungsi pergerakan dan pelaksanaan program yandu, maka fungsi selanjutnya yang dilakukan adalah fungsi pengawasan dan pengendalian. Dalam hal ini, pimpinan Puskesmas dan koordinator program Yandu dapat mengevaluasi keberhasilan program dengan menggunakan Rencana Kerja Operasional sebagai tolak ukur/ standar dan membandingkan hasil kegiatan program di masing-masing posyandu. Aspek-aspek yang diawasi selama program yandu di lapangan adalah:
• Keterampilan kader melakukan penimbangan program yandu
• Membuat pencatatan program yandu
• Membuat pelaporan program yandu
Untuk tanggung jawab pengawasan program yandu tetap di tangan pimpinan puskesmas tetapi wewenang pengawasan di lapangan dilimpahkan pada koordinator program.
Beberapa langkah penting dalam fungsi Wasdal program yandu ini adalah:
1. Menilai apakah ada kesenjangan antara target dan standard dengan cakupan dan kemampuan staf dan kader untuk melaksanakan tugas-tugasnya (aspek pengawasan).
2. Analisis faktor-faktor penybab timbulnya kesenjangan tersebut.
3. Merencanakan dan melaksanakan langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan yang muncul berdasarkan faktor2 penyebab yang sudah diidentifikasi (aspek pengendalian).
Pengawasan dan pengendalian program yandu dilaksanakan secara rutin dengan menggunakan tolok ukur keberhasilan program atau RKO sebagai pedoman kerja dan hasilnya akan dapat digunakan sebagai umpan balik atau informasi untuk memperbaiki proses perencanaan program yandu. Pimpinan puskesmas hendaknya selalu mengadakan pemantauan secara menyeluruh terhadap pelaksanaan program dengan menggunakan laporan staf, analisis cakupan program, laporan masyarakat dan hasil observasi atau supervisi di lapangan sebagai bahan penilaian.

G. Penilaian Keberhasilan Program Yandu
Pada penjelasan fungsi sebelumnya bahwa untuk mengetahui keberhasilan program yandu, kajian output (cakupan) masing-masing program yang dibandingkan dengan targetnya adalah salah satu cara yang dapat dipakai sebagai bahan penilaian.
Cakupan program adalah hasil langsung (output) kegiatan program yandu yang dapat dapat dihitung segera setelah pelaksanaan kegiatan program. Perhitungan cakupan ini dapat dilakukan dengan menggunakan statistik sederhana yaitu jumlah orang yang mendapatkan pelayanan dibagi dengan jumlah penduduk sasaran setiap program. Jumlah penduduk sasaran dapat dihitung secara langsung oleh staf puskesmas melalui pencatatan data jumlah penduduk sasaran yang ada di Desa atau dusun. Penduduk sasaran program yandu lebih sering dihitung berdasarkan perkiraan (estimasi). Estimasinya dtetapkan oleh dinas kesehatan tingkat I atau Kanwil Depkes. Jumlah penduduk sasaran nyata sering jauh lebih rendah dari jumlah penduduk yang dihitung dengan menggunakan estimasi sehingga hasil analisis cakupan program di puskesmas selalu jauh lebih rendah. Atas dasar perbedaan antara jumlah penduduk sasaran yang dicari langsung (riil) dengan yang diperkirakan (estimasi), perhitungan cakupan dengan menggunakan kedua jenis penduduk sasaran tersebut sebagai pembaginya,akan memberikan hasil yang berbeda.
Dalam usaha peningkatanm effiensi dan efektivitas penatalaksanaan program yand, staf puskesmas perlu dilatih keterampilan dan ditingkatkan kepekaannya mengkaji masalah program dan masalah kesehatan masyarakat yang berkembang di wilayah binaannya. Keterampilan seperti ini dapat dilatih secara langsung pada saat supervisi. Mereka juga diarahkan untuk mencari upaya pemecahan masalah sesuai dengan kewenangan yang diberikan dengan melibatkan tokoh dan kelompok masyarakat setempat. Semua kegiatan tersebut diatas adalah bagian dari proses manajemen program yandu.
Pengamatan terhadap persiapan pelaksanaan program yandu, kegiatan di lapangan dan evaluasinya terhadap laporan program merupakan cara terbaik untuk mengetahui penerapan manajemen Program Yandu di Puskesmas.
Siapa sasaran utama Posyandu?
a. Balita dan orangtuanya
b. Ibu hamil
c. Ibu menyusui dan bayinya
d. Perempuan usia subur









PELAKSANAAN POSYANDU

A. Pelaksana Dalam Posyandu
 Kader Posyandu adalah siapa saja dari anggota masyarakat yang:
 Mau bekerja secara sukarela dan ikhlas
 Mau dan sanggup melaksanakan kegiatan Posyandu
 Mau dan sanggup menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan dan mengikuti kegiatan Posyandu.

B. Tugas Kader Posyandu
 Secara garis besar tugas kader Posyandu adalah sebagai berikut:
 Melakukan kegiatan bulanan Posyandu
1. Mempersiapkan pelaksanaan Posyandu
2. Kegiatan bulanan Posyandu
3. Kegiatan setelah pelayanan bulanan Posyandu
 Melaksanakan kegiatan di luar Posyandu
1. Melaksanakan kunjungan rumah.
2. Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan Posyandu.
3. Membantu petugas kesehatan dalam pendaftaran, penyuluhan, dan berbagai usaha kesehatan I. masyarakat

C. Melakukan kegiatan bulanan Posyandu
1. Mempersiapkan pelaksanaan Posyandu
 Sehari sebelum pelaksanaan Posyandu, kader
 memberikan informasi kepada seluruh peserta Posyandu mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan di Posyandu.
 Alat dan bahan yang diperlukan dipersiapkan. Bila ada alat yang belum tersedia, dapat diusahakan dengan meminjam, meminta bantuan pada perugas kesehatan atau bila mungkin membuat sendiri.
 Membagi tugas di antara para kader, dan bila perlu
 bantuan dapat menyertakan ibu-ibu yang lain.
2. Kegiatan bulanan Posyandu (Lihat halaman 10)
3. Kegiatan setelah pelayanan bulanan Posyandu
 Mencatat seluruh hasil kegiatan Posyandu
 Membahas kegiatan kegiatan Posyandu lainnya
 Menetapkan jenis kegiatan yang akandilaksanakan pada kegiatan bulan berikutnya, misalnya: penyuluhan KB, makanan pendamping ASI, Imunisasi, Pelayanan kesehatan, arisan, pengajian dll.

D. Melaksanakan kegiatan di luar Posyandu
1. Melaksanakan kunjungan rumah
 Setelah kegiatan di dalam Posyandu selesai, rumah ibu-ibu yang akan dikunjungi ditentukan bersama.
 Tentukan keluarga yang akan dikunjungi oleh masing-masing kader. Sebaiknya diajak pula beberapa ibu untuk ikut kunjungan rumah.
2. Melaksanakan kunjungan rumah
 Mereka yang perlu dikunjungi adalah:
- Ibu yang anak balitanya tidak hadir 2 bulan berturut-turut di Posyandu
- Ibu yang anak balitanya belum mendapat kapsul vitamin
- Berat badannya tidak naik 2 bulan berturut-turut.
- Berat badannya di bawah garis merah KMS
- Sasaran Posyandu yang sakit.
- Ibu hamil yang tidak menghadiri kegiatan di Posyandu 2 bulan berturut-turut.
- Ibu hamil yang bulan lalu dikirim/rujuk ke Puskesmas.
- Ibu yang mengalami kesulitan menyusui anaknya.
- Ibu hamil dan ibu menyusui yang belum mendapat kapsul iodium.
- Balita yang terlalu gemuk
3. Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan Posyandu.
 Langsung ke tengah masyarakat.
 Melalui Tokoh masyarakat atau pemuka agama/adat.
4. Membantu petugas kesehatan dalam pendaftaran, penyuluhan, dan usaha kesehatan masyarakat

E. Bagaimana jika kader menemui kesulitan dalam pelaksanaan Posyandu?
 Jika menemui kesulitan, kader dapat berbicara atau berdiskusi dengan:
 Tokoh masyarakat
 Tokoh agama
 Kepala desa (Lurah)
 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
 Petugas LKMD, RT, RW
 Tim penggerak PKK
 Petugas KB (PLKB)

F. Keterampilan dan pengetahuan yang harus dikuasai oleh seorang kader
 Seorang kader dalam tugasnya akan sering melakukan penyuluhan:
1. Penyuluhan perorangan dengan tatap muka
2. Penyuluhan kelompok
3. Penyuluhan disertai peragaan (demonstrasi)

Karena itu keterampilan dan pengetahuan yang harus dikuasai oleh seorang kader adalah:
 Keterampilan komunikasi interpersonal
 Keterampilan yang berhubungan dengan kegiatan di Posyandu (pencatatan, pelaporan, penimbangan dll)
 Pengetahuan kesehatan dasar dan gizi

Keterampilan komunikasi interpersonal
Keterampilan ini penting karena dalam Melaksanakan tugasnya seorang kader perlu memahami kebutuhan masyarakat, serta perlu menguasai teknik-teknik komunikasi yang efektif agar informasi dan pesan yang disampaikan kepada masyarakat dapat dimengerti dengan baik dan dilaksanakan.

Keterampilan yang berhubungan dengan kegiatan di Posyandu (pencatatan, pelaporan, penimbangan dll)
Kader perlu memahami sistem pencatatan dan pelaporan yang benar, agar dapat memperoleh data yang mampu membantu kader mengidentifikasi masyarakat yang perlu dikunjungi dan memperoleh perhatian khusus

Pengetahuan kesehatan dan gizi
Pemahaman kader yang baik mengenai kesehatan dasar dan gizi akan membantu kader lebih effektif dalam memberikan informasi yang benar

G. Bagaimana cara melaksanakan kegiatan bulanan Posyandu?
 Pelaksanaan kegiatan di Posyandu dikenal dengan nama “sistem 5 meja”, dimana kegiatan di masing-masing meja mempunyai kekhususan sendiri-sendiri. Sistem 5 meja tersebut tidak berarti bahwa Posyandu harus memiliki 5 buah meja untuk pelaksanaanya, tetapi kegiatan Posyandu harus mencakup 5 pokok kegiatan:
 Meja 1 Pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui
 Meja 2 Penimbangan balita
 Meja 3 Pencatatan hasil penimbangan
 Meja 4 Penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui
 Meja 5 Pelayanan kesehatan, KB, imunisasi dan pojok oralit

H. kegiatan di masing-masing meja tersebut.
Kegiatan di meja 1
1. Pendaftaran Balita
a. Balita didaftar dalam formulir pencatatan balita
b. Bila anak sudah memiliki KMS, berarti bulan lalu anak sudah ditimbang. Minta KMSnya, namanya dicatat pada secarik kertas. Kertas ini diselipkan di KMS, kemudian ibu balita diminta membawa anaknya menuju tempatpenimbangan.
c. Bila anak belum punya KMS, berarti baru bulan ini ikut penimbangan atau KMS lamanya hilang. Ambil KMS baru, kolomnya diisi secara lengkap, nama anak dicatat pada secarik kertas. Secarik kertas ini diselipkan di KMS, kemudian ibu balita diminta membawa anaknya ke tempatpenimbangan.
2. Pendaftaran ibu hamil
 Ibu hamil didaftar dalam formulir catatan untuk ibu hamil.
 Ibu hamil yang tidak membawa balita diminta langsung menuju ke meja 4 untuk mendapat pelayanan gizi oleh kader serta pelayanan oleh petugas di meja 5.
 Ibu yang belum menjadi peserta KB dicatat namanya pada secarik kertas, dan ibu menyerahkan kertas itu langsung kepada petugas di meja 5.
Kegiatan di meja 2
 Penimbangan anak dan balita, hasil penimbangan berat anak dicatat pada secarik kertas yang terselip di KMS. Selipkan kertas ini kembali ke dalam KMS.
 Selesai ditimbang, ibu dan anaknya dipersilakan menu meja 3, meja pencatatan.
 Buka KMS balita yang bersangkutan.
Kegiatan di meja 3
 Buka KMS balita yang bersangkutan.
 Pindahkan hasil penimbangan anak dari secarik kertas ke KMSnya.
 Pada penimbangan pertama, isilah semua kolom yang tersedia pada KMS.
 Bila ada Kartu Kelahiran, catatlah bulan lahir anak dari kartu tersebut.
 Bila tidak ada Kartu Kelahiran tetapi ibu ingat, catatlah bulan lahir anak sesuai ingatan ibunya.
 Bila ibu tidak ingat dan hanya tahu umur anaknya yang sekarang, perkirakan bulan lahir anak dan catat.
Kegiatan di meja 5
 Kegiatan di meja 5 adalah kegiatan pelayanan kesehatan dan pelayanan KB, imunisasi serta pojok oralit. Kegiatan ini dipimpin dan dilaksanakan oleh petugas dari Puskesmas.



DAFTAR PUSTAKA


• SOFYAN, MUSTIKA.,et all (ed).,Bidan Menyongsong Masa Depan.Jakarta:PP IBI, cet VII-2006
• http://akhtyo.blogspot.com/2009/04/manajemen pelayanan posyandu.html
• http://akhtyo.blogspot.com/2010/02/ posyandu.html
• http://akhtyo.blogspot.com/2008/07/sistem 5meja di posyandu.html
• http://kesmas.blogspot.com/2010/07/ posyandu.html

EKLAMSIA. . . .???WHaTT aBouT ThaT

Pengertian eklamsi
Eklamsi adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklamsi (hipertensi, edems, proteinuri) . (Wirjoatmodjo, 1994: 49).
Eklamsi merupakan kasus akut, pada penderita dengan gambaran klinik pre eklamsi yang disertai dengan kejang dan koma yang timbul pada ante, intra dan post partum. (Angsar MD, 1995: 41)

Patofisiologi
Penyebabnya sampai sekarang belum jelas. Penyakit ini dianggap sebagai suatu “ Maldaptation Syndrom” dengan akibat suatu vaso spasme general dengan akibat yang lebih serius pada organ hati, ginjal, otak, paru-paru dan jantung yakni tejadi nekrosis dan perdarahan pada organ-organ tersebut. (Pedoman Diagnosis dan Terapi, 1994: 49)

Pembagian Eklamsi
Berdasarkan waktu terjadinya eklamsi dapat dibagi menjadi:
1. Eklamsi gravidarum
Kejadian 50-60 % serangan terjadi dalam keadaan hamil
2. Eklamsi Parturientum
Kejadian sekitar 30-35 %, terjadi saat inpartu dimana batas dengan eklamsi gravidarum sukar dibedakan terutama saat mulai inpartu.
3. Eklamsi Puerperium
Kejadian jarang sekitar 10 %, terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir. ( Manuaba, 1998: 245)

Gejala Klinis Eklamsi
Gejala klinis Eklamsi adalah sebagai berikut:
1. Terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih
2. Terdapat tanda-tanda pre eklamsi ( hipertensi, edema, proteinuri, sakit kepala yang berat, penglihatan kabur, nyeri ulu hati, kegelisahan atu hiperefleksi)
• Kejang-kejang atau koma
• Kejang dalam eklamsi ada 4 tingkat, meliputi:
• Tingkat awal atau aura (invasi)
• Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat (pandangan kosong) kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar kekanan dan kekiri.
• Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku tangan menggenggam dan kaki membengkok kedalam, pernafasan berhenti muka mulai kelihatan sianosis, lodah dapat trgigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.
• Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik mafas seperti mendengkur.
• Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma. (Muchtar Rustam, 1998: 275)
2. Kadang kadang disertai dengan gangguan fungsi organ.(Wirjoatmodjo, 1994: 49)

Pemeriksaan dan Diagnosis
Diagnosis eklamsi dapat ditegakkan apabila terdapat tanda-tanda sebagai berikut:
1. Berdasarkan gejala klinis diatas
2. Pemeriksaan laboratorium meliputi adanya protein dalam air seni, fungsi organ hepar, ginjal dan jantung, fungsi hematologi atau hemostasis
Konsultasi dengan displin lain kalau dipandang perlu
1. Kardiologi
2. Optalmologi
3. Anestesiologi
4. Neonatologi dan lain-lain
(Wirjoatmodjo, 1994: 49)

Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari kehamilan yang disertai kejang-kejang adalah:
1. Febrile convulsion ( panas +)
2. Epilepsi ( anamnesa epilepsi + )
3. Tetanus ( kejang tonik atau kaku kuduk)
4. Meningitis atau encefalitis ( pungsi lumbal)


Komplikasi Serangan
Komplikasi yang dapat timbul saat terjadi serangan kejang adalah:
1. Lidah tergigit
2. Terjadi perlukaan dan fraktur
3. Gangguan pernafasan
4. Perdarahan otak
5. Solutio plasenta dan merangsang persalinan
( Muchtar Rustam, 1995:226)

Bahaya Eklamsi
1. Bahaya eklamsi pada ibu
Menimbulkan sianosis, aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru, tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan jantung mendadak, lidah dapat tergigit, jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka-luka, gangguan fungsi ginjal: oligo sampai anuria, pendarahan atau ablasio retina, gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikterus.
2. Bahaya eklamsi pada janin
Asfiksia mendadak, solutio plasenta, persalinan prematuritas, IUGR (Intra Uterine Growth Retardation), kematian janin dalam rahim.
( Pedoman Diagnosis dan Terapi, 1994: 43)

Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan eklamsia pada ibu nifas adalah menghentikan kejang kejang yang terjadi dan mencegah kejang ulang.
1. Konsep pengobatan
Menghindari tejadinya kejang berulang, mengurangi koma, meningkatkan jumlah diuresis.
2.Obat untuk anti kejang
MgSO4 ( Magnesium Sulfat)
Dosis awal: 4gr 20 % I.V. pelen-pelan selama 3 menit atau lebih disusul 10gr 40% I.M. terbagi pada bokong kanan dan kiri.
Dosis ulangan : tiap 6 jam diberikan 5 gr 50 % I.M. diteruskan sampai 6 jam pasca persalinan atau 6 jam bebas kejang.
Syarat : reflek patela harus positif, tidak ada tanda-tanda depresi pernafasan ( respirasi >16 kali /menit), produksi urine tidak kurang dari 25 cc/jam atau 150 cc per 6 jam atau 600 cc per hari.
Apabila ada kejang lagi, diberikan Mg SO 4 20 %, 2gr I.V. pelan-pelan. Pemberian I.V. ulangan ini hanya sekali saja, apabila masih timbul kejang lagi maka diberikan pentotal 5 mg / kg BB / I.V. pelan-pelan.
Bila ada tanda-tanda keracunan Mg SO 4 diberikan antidotum glukonas kalsikus 10 gr % 10 cc / I.V pelan-pelan selama 3 menit atau lebih.
Apabila diluar sudah diberi pengobatan diazepam, maka dilanjutkan pengobatan dengan MgSO 4 .

KONSEP EKSTRAKSI FORCEPS
Definisi
Ekstraksi forceps adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan cunam yang dipasang pada kepalanya. (Hanifa W,1991: 88)
Cunam atau forceps adalah suatu alat obstetrik terbuat dari logam yang digunakan untuk melahirkan anak dengan tarikan kepala.(Phantom,______:178)
Ekstraksi cunam adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian bawah janin ( kepala ) dengan alat cunam. ( Bari Abdul, 2001: 501)

Tujuan
Menurut Rustam Mochtar 1998, persalinan dengan ekstraksi forceps bertujuan:
1. Traksi yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan
2. Koreksi yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil dikiri atau dikanan depan atau sekali-kali UUK melintang kiri dan kanan atau UUK ki /ka belakang menjadi UUK depan ( dibawah symphisis pubis)
3. Kompresor yaitu untuk menambah moulage kepala

Jenis Tindakan Forceps
Berdasarkan pada jauhnya turun kepala, dapat dibedakan beberapa macam tindakan ekstraksi forceps, antara lain:
1. Forceps rendah
Dilakukan setelah kepala bayi mencapai H IV, kepala bayi mendorong perineum, forceps dilakukan dengan ringan disebut outlet forceps.
2. Forceps tengah
Pada kedudukan kepala antara H II atau H III, salah satu bentuk forceps tengah adalah forceps percobaan untuk membuktikan disproporsi panggul dan kepala. Bila aplikasi dan tarikan forceps berat membuktikan terdapat disproporsi kepala panggul . Forceps percobaan dapat diganti dengan ekstraksi vaccum.

3. Forceps tinggi
Dilakukan pada kedudukan kepala diantara H I atau H II, forceps tinggi sudah diganti dengan seksio cesaria.
( Manuaba,1998: 348)
Indikasi
Indikasi pertolongan ekstraksi forceps adalah
1. Indikasi ibu
• Ruptura uteri mengancam, artinya lingkaran retraksi patologik band sudah setinggi 3 jari dibawah pusat, sedang kepala sudah turun sampai H III- H IV.
• Adanya oedema pada vagina atau vulva. Adanya oedema pada jalan lahir artinya partus sudah berlangsung lama.
• Adanya tanda-tanda infeksi, seperti suhu badan meninggi, lochia berbau.
• Eklamsi yang mengancam
• Indikasi pinard, yaitu kepala sudah di H IV, pembukaan cervix lengkap, ketuban sudah pecah atau 2jam mengedan janin belum lahir juga
• Pada ibu-ibu yang tidak boleh mengedan lama, misal Ibu dengan decompensasi kordis , ibu dengan Koch pulmonum berat, ibu dengan anemi berat (Hb 6 gr % atau kurang), pre eklamsi berat, ibu dengan asma broncial.
• Partus tidak maju-maju
• Ibu-ibu yang sudah kehabisan tenaga.
2. Indikasi janin
o Gawat janin
o Tanda-tanda gawat janin antara lain :
o Cortonen menjadi cepat takhikardi 160 kali per menit dan tidak teratur, DJJ menjadi lambat bradhikardi 160 kali per menit dan tidak teratur, adanya mekonium (pada janin letak kepala)
o Prolapsus funikulli, walaupun keadaan anak masih baik
o (Rustam Muchtar,1995: 84-85)

Syarat
Syarat-syarat untuk dapat melakukan ekstrasksi forceps antara lain:
1. Pembukaan lengkap
2. Selaput ketuban telah pecah atau dipecahkan
3. Presentasi kepala dan ukuran kepala cukup cunam
4. Tidak ada kesempitan panggul
5. Anak hidup termasuk keadaan gawat janin
6. Penurunan H III atau H III- H IV ( puskesmas H IV atau dasar panggul)
7. Kontraksi baik
8. Ibu tidak gelisah atau kooperatif
( Bari Abdul, 2001: 502)

Kontra Indikasi
Kontra indikasi dari ekstraksi forceps meliputi
1. Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak bulat dan keras lagi sehingga kepala sulit dipegang oleh forceps
2. Anencephalus
3. Adanya disproporsi cepalo pelvik
4. Kepala masih tinggi
5. Pembukaan belum lengkap
6. Pasien bekas operasi vesiko vagina fistel
7. Jika lingkaran kontraksi patologi bandl sudah setinggi pusat atau lebih
(Muchtar Rustam, 1995: 85)

Komplikasi
Komplikasi atau penyulit ekstraksi forceps adalah sebagai berikut
1. Komplikasi langsung akibat aplikasi forceps dibagi menjadi
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dapat berupa:
• Perdarahan yang dapat disebabkan karena atonia uteri, retensio plasenta serta trauma jalan lahir yang meliputi ruptura uteri, ruptura cervix, robekan forniks, kolpoforeksis, robekan vagina, hematoma luas, robekan perineum.
• Infeksi yang terjadi karena sudah terdapat sebelumnya, aplikasi alat menimbulkan infeksi, plasenta rest atau membran bersifat asing yang dapat memudahkan infeksi dan menyebabkan sub involusi uteri serta saat melakukan pemeriksaan dalam

Komplikasi segera pada bayi
o Asfiksia karena terlalu lama di dasar panggul sehingga terjadi rangsangan pernafasan menyebabkan aspirasi lendir dan air ketuban. Dan jepitan langsung forceps yang menimbulkan perdarahan intra kranial, edema intra kranial, kerusakan pusat vital di medula oblongata atau trauma langsung jaringan otak.
o Infeksi oleh karena infeksi pada ibu menjalar ke bayi
o Trauma langsung forceps yaitu fraktura tulang kepala dislokasi sutura tulang kepala; kerusakan pusat vital di medula oblongata; trauma langsung pada mata, telinga dan hidung; trauma langsung pada persendian tulang leher; gangguan fleksus brachialis atau paralisis Erb, kerusakan saraf trigeminus dan fasialis serta hematoma pada daerah tertekan.
2. Komplikasi kemudian atau terlambat
o Komplikasi pada ibu
o Perdarahan yang disebabkan oleh plasenta rest, atonia uteri sekunder serta jahitan robekan jalan lahir yang terlepas.
o Infeksi
o Penyebaran infeksi makin luas
o Trauma jalan lahir yaitu terjadinya fistula vesiko vaginal, terjadinya fistula rekto vaginal dan terjadinya fistula utero vaginal.
o Komplikasi terlambat pada bayi dalam bentuk:
o Trauma ekstraksi forceps dapat menyebabkan cacat karena aplikasi forceps
o Infeksi yang berkembang menjadi sepsis yang dapat menyebabkan kematian serta encefalitis sampai meningitis.
o Gangguan susunan saraf pusat
o Trauma langsung pada saraf pusat dapat menimbulkan gangguan intelektual.
o Gangguan pendengaran dan keseimbangan.

Perawatan Setelah Ekstraksi Forceps
Pada prinsipnya tidak berbeda dengan perawatan post partum biasa, hanya memerlukan perhatian dan observasi yang lebih ketat, karena kemungkinan terjadi trias komplikasi lebih besar yaitu perdarahan robekan jalan lahir dan infeksi.Oleh karena itu perawatan setelah ekstraksi forceps memerlukan profilaksis pemberian infus sampai tercapai keadaan stabil, pemberian uterotonika sehingga kontraksi rahim menjadi kuat dan pemberian anti biotika untuk menghindari infeksi. ( Manuaba, 1998: 253)







DAFTAR PUSTAKA
Angsar M. Dikman, 1995, Hipertensi Dalam Kehamilan, Lab/UPF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNAIR/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya
________, 1994, Obstetri Phantom, Fakultas Kedokteran Airlangga, Surabaya
Bennet R. Brown Linda K, 1996, Myles Text Book For Mmidwives, Chrurcchill Livingstone, Tokyo
Dennen C. Philip, 1994, Partus Forceps, Binarupa Aksara, Jakarta
Hamilton PM, 1995, Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta
Hariadi R, 1991, Obstetri Williams, Airlangga University Press, Surabaya
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata Niaga Media Jakarta
Long C Barbara, 1996, Perawatan Medika Bedah, YIA Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, Bandung
Manuaba, 1998, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Pengurus Ikatan Bidan Indonesia, Jakarta
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, EGC, Jakarta
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Santosa NI, 1995, Manajemen Kebidanan, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Jakarta
Sastrawinata Sullaiman, 1983, Obstetri Fisiologi, Offset, Bandung
Sastra, Sulaiman, 1983, Obstetri Patologi, Elemen Banddung
Sweet BR, 1993, Mayes Midwifery A Text Book For Midwive, Bailiere Tindall, Tokyo
Wiknyosastro, H, 1991, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Hardjo, Jakarta
Wirjoatmojo. K, 1994, Pedoman Diagnosis Dan Terapi, Lab/UPF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr. Soetomo, Surabaya












Pembagian Eklamsi
Berdasarkan waktu terjadinya eklamsi dapat dibagi menjadi:
1. Eklamsi gravidarum
Kejadian 50-60 % serangan terjadi dalam keadaan hamil
2. Eklamsi Parturientum
Kejadian sekitar 30-35 %, terjadi saat inpartu dimana batas dengan eklamsi gravidarum sukar dibedakan terutama saat mulai inpartu.
1. Eklamsi Puerperium
Kejadian jarang sekitar 10 %, terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir. ( Manuaba, 1998: 245)
Gejala Klinis Eklamsi
Gejala klinis Eklamsi adalah sebagai berikut:
1. Terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih
a) Kejang-kejang atau koma
Kejang dalam eklamsi ada 4 tingkat, meliputi:
1) Tingkat awal atau aura (invasi)
Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat (pandangan kosong) kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar kekanan dan kekiri.
2) Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku tangan menggenggam dan kaki membengkok kedalam, pernafasan berhenti muka mulai kelihatan sianosis, lodah dapat trgigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.
3) Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik mafas seperti mendengkur.
4) Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma. (Muchtar Rustam, 1998: 275)
1. Terdapat tanda-tanda pre eklamsi ( hipertensi, edema, proteinuri, sakit kepala yang berat, penglihatan kabur, nyeri ulu hati, kegelisahan atu hiperefleksi)
a) Kadang kadang disertai dengan gangguan fungsi organ
(Wirjoatmodjo, 1994: 49) .

Pemeriksaan dan Diagnosis
Diagnosis eklamsi dapat ditegakkan apabila terdapat tanda-tanda sebagai berikut:
1. Berdasarkan gejala klinis diatas
Pemeriksaan laboratorium meliputi adanya protein dalam air seni, fungsi organ hepar, ginjal dan jantung, fungsi hematologi atau hemostasis
Konsultasi dengan displin lain kalau dipandang perlu
a Kardiologi
b Optalmologi
c Anestesiologi
d Neonatologi dan lain-lain
(Wirjoatmodjo, 1994: 49)
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari kehamilan yang disertai kejang-kejang adalah:
1. Febrile convulsion ( panas +)
2. Epilepsi ( anamnesa epilepsi + )
3. Tetanus ( kejang tonik atau kaku kuduk)
4. Meningitis atau encefalitis ( pungsi lumbal)

Komplikasi Serangan
Komplikasi yang dapat timbul saat terjadi serangan kejang adalah:
1. Lidah tergigit
2. Terjadi perlukaan dan fraktur
3. Gangguan pernafasan
4. Perdarahan otak
5. Solutio plasenta dan merangsang persalinan
( Muchtar Rustam, 1995:226)

Bahaya Eklamsi
1. Bahaya eklamsi pada ibu
Menimbulkan sianosis, aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru, tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan jantung mendadak, lidah dapat tergigit, jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka-luka, gangguan fungsi ginjal: oligo sampai anuria, pendarahan atau ablasio retina, gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikterus.
1. Bahaya eklamsi pada janin Asfiksia mendadak, solutio plasenta, persalinan prematuritas, IUGR (Intra Uterine Growth Retardation), kematian janin dalam rahim (Pedoman Diagnosis dan Terapi, 1994: 43).

Prognosa
Eklamsi adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya, maka prognosa kurang baik untuk ibu maupun anak. Prognosa dipengaruhi oleh paritas, usia dan keadaan saat masuk rumah sakit. Gejala-gejala yang memberatkan prognosa dikemukakan oleh Eden adalah:
1. Koma yang lama
2. Nadi diatas 120 per menit
3. Suhu diatas 39°C.
4. Tensi diatas 200 mmHg
5. Lebih dari sepuluh serangan
6. Priteinuria 10 gr sehari atau lebih
7. Tidak adanya oedema. ( M Dikman A, 1995: 45)
Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan eklamsia pada ibu nifas adalah menghentikan kejang kejang yang terjadi dan mencegah kejang ulang.
1. Konsep pengobatan
Menghindari tejadinya kejang berulang, mengurangi koma, meningkatkan jumlah diuresis.
1. Obat untuk anti kejang
MgSO4 ( Magnesium Sulfat) Dosis awal: 4gr 20 % I.V. pelen-pelan selama 3 menit atau lebih disusul 10gr 40% I.M. terbagi pada bokong kanan dan kiri.
Dosis ulangan : tiap 6 jam diberikan 5 gr 50 % I.M. diteruskan sampai 6 jam pasca persalinan atau 6 jam bebas kejang.
Syarat : reflek patela harus positif, tidak ada tanda-tanda depresi pernafasan ( respirasi >16 kali /menit), produksi urine tidak kurang dari 25 cc/jam atau 150 cc per 6 jam atau 600 cc per hari.
Apabila ada kejang lagi, diberikan Mg SO 4 20 %, 2gr I.V. pelan-pelan. Pemberian I.V. ulangan ini hanya sekali saja, apabila masih timbul kejang lagi maka diberikan pentotal 5 mg / kg BB / I.V. pelan-pelan.
Bila ada tanda-tanda keracunan Mg SO 4 diberikan antidotum glukonas kalsikus 10 gr % 10 cc / I.V pelan-pelan selama 3 menit atau lebih.
Apabila diluar sudah diberi pengobatan diazepam, maka dilanjutkan pengobatan dengan MgSO 4


KATA PENGANTAR

PERSIAPAN BIDAN MenjeLang INC

BAB II
PERSIAPAN PERSALINAN

Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks,lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu. Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap. Kebutuhan seorang wanita dalam proses persalinan adalah pemenuhan kebutuhan fisik, kehadiran seorang pendamping secara terus-menerus, keringanan dari rasa sakit, penerimaan atas sikap dan perilakunya, pemberian informasi tentang kemajuan proses persalinan dan hasil persalinannya. Bidan diharapkan dapat memberikan asuhan persalinan kala I sehingga ibu merasa nyaman dan proses persalinan berjalan dengan lancar.

Dalam persalinan terdapat 4 kala persalinan.
1. kala 1 persalinan
dimulainya proses persalinan yang ditandai dengan adanya kontraksi yang teratur, adekuat dan menyebabkan perubahan pada serviks hingga mencapai pembukaan lengkap.
fase kala 1 persalinan
1. fase laten
• dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan mendekati 4 cm
• kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik
• tidak terlalu mules
2. fase aktif
• kontraksi di atas 3 kali dalam 10 menit
• lama kontraksi 40 detik atau lebih dan mules
• pembukaan dari 4 cm sampai lengkap(10cm)
• terdapat penurunan bagian terbawah janin


Untuk itu diperlukan persiapan persiapan dalam menghadapi persalinan.
a. Persiapan Bidan
b. Persiapan Rumah dan lingkungan
c. Persiapan Alat
d. Persiapan ibu dan keluarga

A.Persiapan persalinan bagi bidan
Jika tanda-tanda persalinan aktif mulai, maka tetaplah mendapingi ibu.
1. Persiapan Persalinan di Rumah
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam fase persiapan yaitu :
a. Alat-alat tersedia dan siap untuk dapat dipakai :
1) Perlengkapan yang diperlukan oleh ibu guna persalinan di rumah
2) Perlengkapan yang diperlukan oleh bayi segera sesudah lahir
3) Tempat tidur untuk bersalin
4) Alat-alat dari bidan kit.
b. Persiapan ibu untuk bersalin
Pemeriksaan dan kegiatan terhadap ibu yang dilakukan mencakup :
•Observasi keadaan umum, suhu dan nadi
•Inspeksi, palpasi dan auskultasi abdomen
•Pengukuran kecepatan denyut jantung janin
•Klisma yang dilakukan dengan air sabun
•Membersihkan daerah kemaluan ibu
•Memandikan ibu bila masih ada waktu.
c. Persiapan bidan
•Memakai tutup pakaian plastic
•Mencuci tangan, bila ibu mulai mengerang pada akhir kala I.
d. Persiapan keluarga
Bantuan keluarga dimintakan mencakup :
•Menyiapkan ruangan untuk ibu bersalin beserta parabotnya
•Mengupayakan ruangan besih, tidak gelap dan ada aliran udara (vetilasi)
•Mendorong semangat ibu yang menghadapi persalinan dan menciptakan ketenangan
•Membantu bidan bila diminta
•Menyiapkan segala sesuatu bila pasien perlu dirujuk seperti menyiapkan kendaraan, dan menyediakan biaya.
Daftar isi tas bidan (Bidan Kit)
1. Kotak alumanium 1 buah
2. Tutup pakaian plastik 1 buah
3. Kantong plastik (10″ x 14″) 1 buah
4. Alas plastik (91 x 182 cm) 1 buah
5. Sikat tangan, berbulu nilon, ukuran sedang 1 buah
6. Tempat sabun 1 buah
7. Sabun 1 buah
8. Handuk (30 x 50 cm) 1 buah
9. Gunting bedah, tumpul 5 ½″ 1 buah
10. Korentang, untuk mensteril, 7 ¾ 1 buah
11. Pasu bengkok. 10″ 1 buah
12. Botol tetes 1 buah
13. Botol leher sempit 1 buah
14. Botol leher lebar 1 buah
15. Kapas yang mengisap 1 gulung
16. Kain kasa 3″ x 3″ 20 amplop
17. Mangkok dalam 5 s 2 buah
18. Irigator 1 ½ gt 1 buah
19. Penjepit pipa, pakai sekrup 1 buah
20. Penghubung plastik lurus 2 buah
21. Pipa karet untuk irigator 4 ft, (1 1/3 m) 1 buah
22. Pipa karet untuk dubur 22 ft 1 buah
23. Jepitan (klem) lurus, pemberhenti perdarahan 5,½ ″ (14 cm) 1 buah
24. Pita ukuran 60″ (150 cm) 1 buah
25. Timbangan bayi kecil 15 lbs 7 kg 1 buah
26. Stetoskop untuk kedua telinga, ford. 1 buah
27. Termometer dubur, celcius 1 buah
28. Peralatan untuk pemeriksaan air seni terdiri dari : 2
buah tabung pemeriksa, 1 botol dengan tutup bakelit,
leher sempit 1 set
29. Termometer mulut, celcius 1 set
30. Lampu alkohol 2 oz 1 set
31. Sterilisator 8 ¾ x 3 ¼ x 1 5/8 (22 x 8 x 4 cm) 1 set
32. Peniti 1 kartu isi 12 biji 1 kartu
33. Semprit suntikan luar 2 cc 1 buah
34. Jarum suntik 22 G 1 doos
35. Kotak dari metal 1 buah
36. Ergot dalam ampul (dus berisi 6 sampul) 1 doos
37. Tablet Ergotrate 10 tablet
38. Kateter Nelaton / karet 16″ 1 buah
39. Kateter uretha, karet lemas 12 Fr 2 buah
40. Cuka (dapat dibeli setempat) 1 botol

Setelah sampai di rumah pasien bidan memberi salam kepada ibu dan keluarganya.
Langkah pertama yang dilakukan oleh bidan ialah mengidentifikasi dan menganalisa masalah ibu yang melahirkan. Kepada ibu ditanyakan tentang gejala berkaitan dengan persalinan :
- Bagaimana perasaan ibu ?
- Kapan rasa nyeri (his) mulai frekuensinya berapa kali dirasakan ?
- Adakah keluar darah dari vagina ?
- (Bila ketuban sudah pecah). Kapan hal ini terjadi
- Bagaimana keadaan kesehatan umum ibu ?
- Apakan ibu mengalami kesukaran persalinan yang lalu ?

Kemudian dilakukan pemeriksaan :
- Tanda vital (suhu, nadi, tensi, respirasi)
- Abdomen : inspeksi, palpasi

.
Analisa dilakukan untuk menentukan keadaan ibu, kala dan jalannya persalinan. Hasil penentuan tersebut merupakan diagnose kemudian ditentukan rencana dan tindakan.
Pengamatan seterusnya dilakukan selama 30 menit untuk menentukan kala dan kecepatan perkembangan persalinan. Bidan dapat meninggalkan ibu dengan pesan kepada keluarganya untuk memberitahukan jika persalinan mulai aktif, bila menunjukkan keadaan-keadaan seperti :
•Ibu baik, tampak dalam kondisi baik
•Ibu baru pertama kali akan melahirkan dan masih dalam permulaan kala I
•Jarak atau pengangkutan tidak merupakan hambatan bagi bidan untuk segera dating kembali.




















DAFTAR PUSTAKA

• SOFYAN, MUSTIKA.,et all (ed).,Bidan Menyongsong Masa Depan.Jakarta:PP IBI, cet VII-2006
• Ilmu kebidanan/ Editor Ketua, Hanifa Wiknjosastro ---Ed.3, cet.8---Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,2006
• http://akhtyo.blogspot.com/2009/04/asuhan-persalinan-normal.html

Sabtu, 07 Agustus 2010

"JENIUS". . . . . .?? ?What AbouT that ??

Kejeniusan adalah berpikir dalam cara yang belum pernah dilakukan orang. Meski tampaknya di dunia ini tidak ada yang baru, banyak sekali sebetulnya yang belum ditemukan, diciptakan, digali, atau diperdalam orang.

Neuropsikolog Howard Gardner menunjukkan jenis dan sisi kejeniusan bervariasi sebagaimana bentuk-bentuk kecerdasan pun bervariasi. Saya tidak akan membicarakan jenis dan bentuk kejeniusan, tetapi saya akan mengartikan kejeniusan sebagai tingkat tertinggi dalam pemikiran atau prestasi luar biasa. Akan tetapi, dijelaskan atau didefinisikan seilmiah apa pun, kejeniusan tetap semisterius alam semesta ini.

Orang jenius mampu melihat sesuatu yang luput dari penglihatan orang lain. Mereka melihat kemungkinan di antara ketidakmungkinan.

Banyak orang jenius mampu menyederhanakan hal yang rumit, mengenali hal yang tak dikenal. Mampu memahami yang tak terpahami, memahami secara lengkap sementara orang lain hanya sebagian. Mampu meninjau ide lama dan menemukan sesuatu yang baru. Mampu meracik ulang informasi dalam cara baru dan segar. Menciptakan dan mengadaptasi konsep. Mengoptimalkan pengetahuan dan pengalaman.

Seorang jenius, dengan intuisinya, mampu melihat apa yang ada di balik sesuatu. Jenius ilmu pasti dan matematika mampu memperhatikan fakta alam yang tidak kasat mata, seperti cahaya, gravitasi, listrik, dan fenomena lainnya. Jenius di bidang musik, sastra, dan komedi mampu menguasai hal yang sepertinya abstrak dan tak terjangkau kebanyakan orang – hal-hal, seperti cara orang belajar, berpikir, merasa, dan berkomunikasi.

Lebih jauh lagi, orang jenius mampu mencapai penemuan ini hanya dalam sepersekian waktu yang biasa dibutuhkan orang untuk memahami hal baru. Kunci kecepatan mereka yang luar biasa ini adalah kemampuan menangkap intisari dari hal-hal yang mereka tangkap dan sentuh. Untuk melakukan ini, intuisi dan pengetahuan pribadi menjadi andalan mereka.

Orang yang jenius bukan saja mampu menangkap paket-paket informasi yang masuk dalam kecepatan tinggi. Mereka juga mampu menjabarkan serta memakai isi paket-paket ini dalam cara baru dan secara produktif.

STRATEGI mengembangkan IQ

Segala sesuatu yang sama setiap hari adalah lonceng kematian kreativitas. Agar anda bisa memanfaatkan inteligensi kreatif secara lebih menyeluruh, anda memerlukan keragaman dan stimulasi. Keduanya akan mampu melepaskan anda dari kebiasaan mental serta mengembalikan inteligensi kreatif anda.

Latihan inteligensi kreatif ini dimaksudkan untuk mengembalikan fleksibilitas mental anda, dan untuk mempertahankan agar tetap prima, saya menyarankan anda untuk melakukan latihan-latihan mental berikut ini.

1. Melakukan sesuatu yang berbeda setiap hari. Pergi ke kantor lewat jalur yang berbeda. Belanja di supermarket yang berbeda. Menambah jenis kegiatan waktu luang. Jika anda senang menonton film, anda bisa menonton drama atau pertandingan sepak bola. Jika anda senang berada di rumah, anda bisa jalan-jalan; dan jika anda senang jalan-jalan; anda bisa baca buku. Jika biasanya anda mengenakan dasi, coba tidak pakai dasi. Jika anda biasanya tidak rapi, anda bisa merapikan diri seakan-akan tengah mempersiapkan kencan pertama.
2. Sukai apa yang anda benci. Lain kali jika anda bersama seseorang atau tengah berada dalam situasi yang biasanya tidak anda sukai, cari sesuatu yang anda sukai atau kata-kata yang menyenangkan. Jika anda bersama seseorang yang menyenangkan, usahakan untuk mencari tahu mengapa dia memberikan tanggapan demikian dan mengapa dia memiliki anggapan yang berbeda. Jika menghadapi situasi yang tidak menyenangkan, misalnya dalam pekerjaan, atau memperoleh nilai buruk dalam ujian, usahakan untuk melihat sisi lain: bahwa apa yang anda alami bisa jadi lebih buruk atau bahwa ada pelajaran yang bisa anda peroleh agar hal yang sama tidak terulang kembali.
3. Menempatkan diri dalam posisi orang lain. Ini akan meningkatkan fleksibilitas mental dan mengembangkan kemampuan anda dalam melihat permasalahan dari sudut pandang yang berbeda. Luangkan waktu selama beberapa menit setelah makan malam dan bayangkan anda adalah seorang lain yang telah anda kenal. Usahakan untuk melihat segala sesuatu melalui pandangannya, memikirkan segala sesuatu memulai cara berpikirnya. Lalu pertimbangkan kembali situasi yang anda hadapi. Bagaimana orang itu melihat situasi anda? Apa yang akan dia lakukan?